Resume Metode Abduksi dan Deduksi


Bab VI
Metode Abduksi dan Deduksi

1.       Pengantar
J.B. Conant (Understanding Science), ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai kata benda ataupun kata kerja.
Kata benda : ilmu pengetahuan merupakan hasil yang sudah jadi.
Kata kerja : ilmu pengetahuan adalah proses yang melibatkan ilmuwan dalam mencapai kebenaran, metode, cara, kegiatan yang dipraktekkan.
Unsur kegiatan ilmiah :
a.       Perumusan permasalahan
b.      Metode ilmiah yang pragmatis sebagai proses
c.       Jawaban (kepercayaan ilmiah) sebagai hasil
Seorang ilmuwan memulai penelitian dengan membuat pertanyaan atau keraguan. Setiap pertanyaan atau keraguan membutuhkan penjelasan yang dipercaya atau diandalkan. Tidak pernah ada pertanyaan retoris dalam ilmu pengetahuan. Pertanyaan selalu merupakan pertanyaan yang real yang menggugah ilmuwan untuk mencari solusi atau penjelasan. Solusi ilmiah mengajak ilmuwan untuk mencoba menemukan the imagined action.
Metode ilmu pengetahuan harus berangkat dari permasalahan atau keraguan. Keraguan menunjukkan beberapa dimensi, yaitu bahwa kita tidak mengetahui sesuatu, bahw akita memiliki hasrat untuk mengetahuinya, dan bahwa kita berusaha untuk menemukan kebenaran.
2.       Metode Ilmu Pengetahuan dan Metode Berpikir Lainnya
a.      Method of tenacity : mengajarkan agar seseorang bertahan dengan pendiriannya. Tiap orang harus memegang teguh apa yang ia yakini. Metode paling miskin.
b.      Method of authority ( kebenaran berdasarkan otoritas) : berasal dari institusi yang memiliki wewenang untuk mengajarkan banyak orang untuk percaya pada apa yang patut dipercaya.
c.       A priori method : setiap orang dapat menerima pandangan apa pun jika sesuai dengan pikirannya tanpa harus dibuktikan dengan fakta-fakta empiris yang dapat diamati.
d.      Metode ilmiah : seseorang dapat mengajukan pertanyaan, mencari sendiri jawaban, dan menjelaskan jawabannya dengan mengacu pada pengalaman tentang alam.

3.       Metode Abduksi
Proses yang terjadi dalam pikiran ilmuwan oleh C.S. Peirce disebut dengan abduksi. Seperti mencari dan merumuskan hipotesis.
a.      Pemikiran Peirce tentang abduksi
Mula-mula ia memandang abduksi sebagai suatu bentuk penyimpulan yang terdiri dari tiga proposisi, yaitu, proposisi tentang suatu hukum (rule), proposisi tentang suatu kasus (case), dan terakhir proposisi tentang kesimpulan (result), yang dibentuk dalam suatu silogisme hipotesis yang terdiri dari premis mayor, minor, dan kesimpulan :
Jika A, maka B
Dan A :
Maka B
Secara formal, abduksi sebenarnya merupakan suatu bentuk silogisme yang bertolak dari fakta atau kasus.
Ciri-ciri abduksi :
-          Menawarkan suatu hipotesis yang memberikan eksplanasi yang probable : hipotesis merupakan satu kemungkinan penjelasan.
-          Memberikan eksplanasi terhadap fakta-fakta lain yang belum dijelaskan dan bahkan tidak dapat diobservasi secara langsung.

b.      Beberapa syarat dalam pemilihan hipotesis
-          Suatu hipotesis yang baik adalah hipotesis yang terbuka dan mendalam, dapat menjelaskan fenomena lain secara bersamaan (tentu masih dalam lingkup ilmu yang bersangkutan).
-          Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang bisa diuji, dan sekaligus juga yang sangat membantu bagi perkembangan ilmu itu sendiri.

c.       Kesimpulan : nilai teoretis fase abduksi
-          Abduksi menghasilkan suatu proposisi yang mengandung konsep universal (generalitas).
-          Merupakan suatu proses yang tidak dapat dipatok dengan satu jenis penalaran formal (reason) saja.
-          Menegaskan bahwa ilmu pengetahuan selalu berusaha untuk menangkap orisinalitas realitas.
-          Interpretatif : abduksi yang berhasil mengandaikan keterlibatan yang menyeluruh dan imajinasi yang bebas.

4.       Metode Deduksi
Pengujian atas hipotesis dapat dimulai dengan memeriksa implikasi eksperiensial (virtual prediction) dari hipotesis. Lalu menyimpulkan prediksi-prediksi eksperiensial dari hipotesis itu, mencatat dan menyeleksi prediksi dan akhirnya mengamati apakah prediksi itu terjadi atau tidak. Proses menarik prediksi-prediksi dari suatu hipotesis disebut proses deduksi.
                                          Semua anggota kelas B memiliki ciri X, Y, Z.
                                          Peristiwa A merupakan anggota kelas B.
Karena itu peristiwa A seharusnya memiliki ciri X, Y, Z.
Proses deduktif dalam penelitian ilmiah harus berhenti dengan prediksi dalam bentuk jika-maka : hasil dari pengujian tidak atau belum diketahui.

Comments

Popular posts from this blog

Kutipan Langsung dan Tidak Langsung, dan Innote

KESANTUNAN DALAM BAHASA INDONESIA

Soal dan Jawaban MODEL KOMUNIKASI MASSA