Bentuk-Bentuk Media Massa
KOMUNIKASI MASSA
BENTUK-BENTUK MEDIA MASSA
Oleh :
Nalida Nursafa’ati
|
Theodora Lumban T.
|
NIM. 14030111130036
|
NIM. 14030111130045
|
Monalisa Sima S.
|
Haekal Muhammad
|
NIM. 14030111130038
|
NIM. 14030111130050
|
Yuliantika Hapsari
|
Hendrikus Setya P.
|
NIM. 14030111130039
|
NIM. 14030111130053
|
Mar’atul Hanifah
|
Maulana Ocky A.
|
NIM. 14030111130040
|
NIM. 14030111130054
|
Vitri Juniati
|
Taufik Reza Ardianto
|
NIM. 14030111130041
|
NIM. 14030111130066
|
Kholita Putri
Arifiana
|
Elisabeth Natasia
|
NIM. 14030111130044
|
NIM. 14030111130071
|
JURUSAN
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2012
BENTUK-BENTUK MEDIA MASSA
1.
SURAT
KABAR
Menurut
Agee (et.al), secara kontemporer surat kabar memiliki tiga fungsi utama dan
fungsi sekunder. Fungsi utama media adalah : (1) to inform (menginformasikan kepada
pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, Negara, dan dunia), (2) to comment (mengomentari berita yang
disampaikan dan mengambangkannya kedalam fokus berita), (3) to provide (menyediakan keperluan
informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan
iklan di media). Sedangkan fungsi sekunder media, adalah: (1) untuk kampanye
proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan, yang diperlukan sekali untuk
membantu kondisi-kondisi tertentu, (2) memberikan hiburan kepada pembaca dengan
sajian cerita komik, kartun dan cerita-cerita khusus, (3) melayani pembaca
sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi dan memperjuangkan hak.
a.
Sejarah
Surat Kabar
1. Di
Jerman
Prototipe
pertama surat kabar diterbitkan di Bremen, Jerman pada tahun 1609. Pada tahun
yang sama, surat kabar yang sangat sederhana terbit di Strasborg. Bentuk surat
kabar yang sesungguhnya terbit pada tahun 1620 di Frankfurt, Berlin, Hamburg,
Vienna, Amsterdam, dan Antwerp.
2. Di
Inggris
Di Inggris,
surat kabar pertama yang masih sederhana terbit pada tahun 1621. Sedangkan yang
dianggap sebagai benar-benar surat kabar yang terbit secara teratur ialah
Oxford Gazzete yang terbit di Oxford tahun 1665. Beberapa bulan kemudian ketika
pemerintahan pindah ke London, surat kabar tersebut berubah namanya menjadi
London Gazzete. Surat kabar harian yang pertama terbit adalah Daily Courant.
3. Di
Amerika
Surat kabar
harian yang pertama di Amerika Serikat adalah Pennsylvania Evening Post dan
Daily Advertiser yang terbit pada tahun 1783. Sampai tahun 1830-an, surat kabar
relatif mahal harganya dan hanya dibaca oleh golongan elit, serta para
politikus.
a)
The
Penny Press
Perkembangan
teknologi percetakan telah mengakibatkan proses percetakan semakin cepat,
sehingga surat kabar semakin memasyarakat karena harganya murah.
b)
Newspaper
Barons
Pada akhir abad
19, surat kabar di Amerika mengalami kejayaan karena surat kabar melakukan
promosi yang sangat agresif, terlebih setelah Joseph Pulitzer menerbitkan St
Louis Post-Dispatch, dan membeli New York World pada tahun 1883. Kejayaan ini
dikenal sebagai masa Newspaper Barons.
c)
Yellow
Journalism
Masing-masing
surat kabar ingin menarik perhatian pembacanya. Berbagai cara dilakukan,
diantaranya adalah dengan menulis headline dengan huruf besar dan tebal, dan
dengan berita sensasi. Surat kabar demikian disebut yellow paper (surat kabar
kuning), dan kegiatannya disebut yellow
journalism.
d)
Jazz
Journalism
Tahun 1919
terbit surat kabar New York Daily News yang ukurannya lebih kecil, banyak
menggunakan foto terutama pada halaman pertama, dan menampilkan satu atau dua
headline, serta menekankan unsur seks dan sensasi. Perwujudan tabloid semacam
ini disebut sebagai jazz journalism.
4. Di
Indonesia
a)
Zaman
Belanda
Surat
kabar-surat kabar yang terbit pada masa itu tidak mempunyai arti secara
politis, karena lebih merupakan surat kabar periklanan. Tirasnya tidak lebih
dari 1000-1200 eksemplar setiap kali terbit. Semua penerbit terkena peraturan,
setiap penerbitan tidak boleh diedarkan sebelum diperiksa oleh penguasa
setempat.
b)
Zaman
Jepang
Ketika Jepang
datang, surat kabar-surat kabar yang ada di Indonesia diambil alih secara
pelan-pelan. Beberapa surat kabar diatukan dengan alasan untuk menghemat alat-alat
dan tenaga. Tujuan sebenarnya adalah agar pemerintah Jepang dapat memperketat
pengawasan terhadap isi surat kabar. Wartawan-wartawan Indonesia pada saat itu
hanya bekerja sebagai pegawai, sedang yang diberi pengaruh serta kedudukan
adalah wartawan yang sengaja didatangkan dari Jepang. Pada saat surat kabar
hanya bersifat propaganda dan memuji-muji pemerintah dan tentara Jepang.
c)
Zaman
Kemerdekaan
Pada masa awal
kemerdekaan, Indonesia pun melakukan perlawanan dalam hal sabotase komunikasi.
Surat kabar yang diterbitkan oleh bangsa Indonesia pada saat itu merupakan
tandingan dari surat kabar yang diterbitkan pemerintah Jepang.
d)
Zaman
Orde Lama
Setelah Presiden
Soekarno mengumunkan dekrit kembali ke UUD 1945 tanggal 5 Juli 1959, terdapat
larangan kegiatan politik, termasuk pers. Persyaratan mendapat SIT (Surat izin
Terbit) dan Surat Izin Cetak diperketat. Situasi seperti ini dimanfaatkan oleh
Partai Komunis Indonesia (PKI) yang pada saat itu amat menaruh perhatian pada
pers. Pada masa inilah sering terjadi polemic antara surat kabar yang pro PKI
dan yang anti PKI.
e)
Zaman
Orde Baru
Sejalan dengan
tampilnya orde baru, surat kabar yang terjadinya dipaksakan untuk mempunyai
“gantolan” (berafiliasi), kembali mendapatkan kepribadiannya. Itulah sebabnya,
terhadap surat kabar dan majalah yang “nakal” pemerintah memberikan ganjaran
berupa pencabutan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP).
b.
Fungsi
Surat Kabar
Surat
kabar sebagai media massa dalalm masa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan
pesan-pesan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia. Dari empat fungsi
media massa (informasi, edukasi, hiburan dan persuasive), fungsi yang paling
menonjol pada surat kabar adalah informasi.
c.
Karakteristik
Surat Kabar
Karakteristik
surat kabar sebagai media massa mencakup; publisitas,
periodisitas, universal, aktualitas dan terdokumentasi.
1. Publisitas
(publicity) adalah penyearan pada
public atau khalayak (Efendy, pada karlinah, dalam Karlinah, dkk. 1999)
2. Periodesitas
menunjukkan pada ketergantungan terbitnya, bisa harian, mingguan, atau dwi
mingguan.
3. Universalitas
menunjukkan pada kesemestaan isinya, yang beraneka ragam dam dari seluruh
dunia.
4. Aktualitas,
menurut kata asalnya, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya” (Effendy, pada
Karlinah, dalam Karlinah, dkk. 1999)
5. Terdokumentarikan,
dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau
artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak
tertentu dianggap penting untuk diarsipkan atau dibuat kliping.
d. Kategorisasi Surat Kabar
Surat kabar dapat dikelompokkan pada
berbagai kategori. Dilihat dari ruang lingkupnya, maka katergorinya adalah
surat kabar nasional, regional dan
lokal, contoh; surat kabar nasional, Kompas,
Media Indonesia dll; Surat kabar regional, Pikiran Rakyat (Jawa Barat), Waspada
(Sumatera Utara), dll; Surat kabar local, Pos
Kota (Jakarta), Kedaulatan Rakyat
(Jogjakarta) dll. Ditinjau dari bentuknya, ada bentuk surat kabar biasa dan
tabloid seperti Bintang Citra, Nova,
Wanita Indonesia dll. Sedangkan dilihat dari bahasa yang digunakan, ada
surat kabar berbahasa Indonesia, bahasa Inggris seperti The Jakarta Post dan bahasa daerah.
2.
MAJALAH
Majalah
pertama kali diluncurkan di Amerika pada pertengahan 1930-an dan memperoleh
kesuksesan besar. Majalah telah membuat segmentasi pasar tersendiri dan membuat
fenomena baru dalam dunia media massa cetak di Amerika.
Menurut
Dominick, klasifikasi majalah dibagi kedalam lima katergori, yaitu,
1. General
consumer magazine (majalah konsumen umum). Konsumen majalah ini siapa saja.
Mereka dapat mebeli majalah di sudut – sudut outlet, mall, supermall atau
toko buku lokal. Majalah konsumen umum menyajikan informasi tentang produk dan
jasa yang diiklankan pada halaman – halaman tertentu.
2. Business
Publication (majalah bisnis). Majalah bisnis ini melayani secara khusus
informasi bisnis, industri atau profesi. Media ini tidak dijual di mall atau
supermall, pembacanya terbatas pada kaum profesional atau pelaku bisnis.
Informasi yang diiklankan umumnya hanya dibeli oleh organisasi bisnis atau kaum
profesional.
3. Literacy
reviews and academic journal (kritik sastra dan majalah ilmiah). Terdapat
ribuan nama majalah kritik sastra dan majalah ilmiah, yang banyak diterbitkan
oleh organisasi – organisasi non profit, universitas, yayasan atau organisasi
profesional. Mereka menerbitkan empat edisi atau kurang dari itu setiap
tahunnya dan kebanyakan tidak menerima iklan.
4. Newsletter
(majalah khusus terbitan berkala). Media ini dipulikasikan dengan bentuk
khusus, 4 – 8 halaman dengan perwajahan khusus pula. Media ini didistribusikan
secara gratis atau dijual secara berlangganan.
5. Public
Relations Magazines (majalah humas). Majalah PR ini diterbitkan oleh
perusahaan, dan dirancang untuk sirkulasi pada karyawan perusahaan, agen,
pelanggan dan pemegang saham. Jenis pubilkasi penerbitan ini berbeda sedikit
dengan priklanan, melainkan menjadi bagian dari promosi organisasi atau
perusahaan yang mensponsori penerbitan.
a.
Sejarah
Singkat Majalah
1. Di
Inggris
Majalah
di Inggris adalah Review yang diterbitkan oleh Daniel Depoe pada tahun 1704.
Bentuknya adalah antara majalah dan surat kabar, hanya halaman kecil, serta
terbit tiga kali satu minggu. Defoe bertindak sebagai pemilik, penerbit, editor
sekaligus sebagai penulisnya. Tulisannya mencakup berita, artikel, kebijakan
nasional, aspek moral dan lain – lain. Tahun 1790, Richard Steele membuat
majalah The tatler, kemudian bersama – sama dengan Joseph Addison ia
menerbitkan The Spectator. Majalah tersebut berisi masalah politik, berita –
berita internasional, tulisan yang mengandung unsur – unsur moral, berita –
berita hiburan dan gosip.
2. Di
Amerika
Benjamin
Franklin telah memelopori penerbitan majalah di Amerika tahun 1740, yakni
General Magazine dan Historical Chronicle. Tahun 1820-an sampai 1840-an
merupakan zamannya majalah. Majalah yang populer saat itu adalah Saturday
Evening Post yang terbit tahun 1821, dan majalah lainnya North American Review.
Pada
pertengahan abad 20 tidak ada majalah yang sesukses Reader’s Digest yang
diterbitkan oleh suami istri Dewitt Wallace dan Lila, pada tahun 1922 ketika
mereka masih berusia 20 tahun. Keberhasilan mereka mendorong anak pendeta
lainnya untuk menerbitkan majalah.
3. Di
Indonesia
Sejarah
keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai pada massa
menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta pada tahun 1945 terbit
majalah bulanan dengan nama Panjta Raja pimpinan Markoem Djojohadisoeparto
dengan prakata dari Ki Hajar Dewantoro selaku Menteri pendidikan pertama RI.
a.
Awal
kemerdekaan.
Soemanang, SH.
Yang menerbitkan majalah Revue Indonesia, dalam salah satu edisinya pernah
mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar, yang jumlahnya
sudah mencapai ratusan. Semuanya terbit dengan satu tujuan, yakni menghancurkan
sisa – sisa kekuasaan Belanda, mengobarkan semangat perlawanan rakyat terhadap
bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional untuk keabadian kemerdekaan
bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat.
b.
Zaman
Orde Lama
Seperti halnya
nasib surat kabar pada masa orde lama, nasib majalah pun tidak kalah tragisnya
disaat Peperti (Penguasa Perang Tertinggi) mengeluarkan pedoman resmi untuk
penerbit surat kabar dan majalah di Indonesia. Pedoman itu intinya adalah surat
kabar dan majalah wajib menjadi pendukung, pembela dan alat penyebar
“Manisfesto Politik” yang pada saat itu mrnjadi haluan negara dan program
pemerintah. Namun pada massa ini perkembangan majalah tidak begitu baik, karena
relatif sedikit majalah yang terbit. Sejarah mencatat majalah star weekly,
serta majalah mingguan yang terbit di Bogor bernama “geledek”, namun hanya
berumur beberapa bulan saja.
c.
Zaman
Orde Baru
Awal orde baru (1966)
banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenisnya, diantaranya adalah
majalah Selecta pimpinan Sjamsudin Lubis, majalah sastra Horison pimpinan
Mochtar Lubis, Panji Masyarakat dan majalah Kiblat yang semuanya terbit di
Jakarta, serta majalah Adil yang terbit di Solo. Selanjutnya antara kurun waktu
1971 sampai 1980 majalah seperti jamur yang tumbuh di musim hujan. Hal ini
sejalan dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang makin baik, serta
tingkat pendidikan masyarakat yang makin maju.
b.
Kategorisasi Majalah
• Untuk
anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa.
• Untuk
pembaca umum dari remaja sampai dewasa (sasarannya juga bisa melalui profesi
tertentu).
c.
Fungsi Majalah
• Majalah
berita : media informasi, fungsi berikutnya adalah hiburan.
• Majalah
wanita dewasa : menghibur.
• Majalah
pertanian : pendidikan dan informasi.
d.
Karakteristik Majalah
• Penyajian
lebih mendalam, karena para reporternya memiliki waktu cukup banyak untuk
memahami suatu peristiwa.
• Nilai
aktualitas lebih lama, karena dalam membaca majalah tidak pernah tuntas
sekaligus.
• Gambar
atau foto lebih banyak. Jumlah halaman majalah lebih banyak, karena isinya yang
lebih mendalam dan menampilkan gambar atau foto yang lengkap, dengan ukuran
besar dan kadang-kadang berwarna, serta kualitas kertas yang digunakannya pun
lebih baik.
• Cover
sebagai daya tarik. Cover ibarat pakaian dan aksesoris pada manusia, biasanya
menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik pula.
3.
RADIO SIARAN
Sebelum tahun 1950-an, ketika
televisi menyedot banyak perhatian khalayak radio siaran, banyak orang
memperkirakan bahwa radio siaran berada diambang kematian. Radio adalah media
massa elektronik tertua dan sangat luwes. Radio telah banyak mengatasi
persaingan dengan berbagai media. Radio telah beradaptasi dengan perubahan
dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan
media lainnya (Dominick 2000:242). Keunggulan siaran radio adalah berada dimana
saja: tempat tidur, dapur, di dalam mobil, di kantor dan berbagai tempat
lainnya. Radio memiliki kemampuan kemampuan menjual pada khalayak bagi
pengiklan yang produknya dirancang khusus untuk khalayak tertentu.
Di Amerika sedikitnya terdapat 10
ribu stasiun radio siaran. Stasiun tersebut beroperasi di kota- kota besar,
kota- kota kecil, dan desa- desa yang melintasi negara. Di kota besar seperti
New York dan Los Angeles mempunyai puluhan stasiun radio. Sedangkan di kota
yang lebih lebih kecil hanya memiliki satu atau dua stasiun saja. Seperti
Whitefish di Montana hanya memiliki dua stasiun radio siaran (catatan Agee, et
al).
Jaringan radio siaran dirancang
oleh dua atau lebih stasiun radio siaran yang membuat program secara simultan.
Anggota stasiun radio siaran disebut affiliates
(himpunan) yang dapat menata hubungan secara teknik dan bergabung atau
berafiliasi dalam meramu program mereka. Jaringan adalah sumber program
penting, setelah kemunculan radio siaran. Pertengahan tahun 1980-an jaringan
radio siaran bangkit kembali. Sejumlah jaringan berkembang sampai sekitar 21
buah stasiun. Contoh, radio ABC memiliki tujuh jaringan yang berbeda, mulai
dari jaringan ABC (khusus berita dan talk
show) sampai ke jaringan ABC FM (khusus cerita dan hiburan).
Pengeluaran iklan pada jaringan
radio siaran mencapai 320 juta dolar pada tahun 1984,meningkat dua kali lipat
dari tahun 1980. Meskipun peningkatan ini mengesankan, radio masih media lokal.
Dari 320 juta dolar belanja iklan hanya 5% sumbangsih radio siaran terhadap
penghasilan pajak industri secara keseluruhan. Jaringan radio siaran
menggunakan jaringan telepon, tetapi sekarang menggunakan jaringan maya (cyber). Semua program jaringan
ditransmisikan oleh satelit. Adanya perubahan transmisi satelit ini telah
membuka pintu- pintu sejumlah perusahaan sindikat radio siaran yang banyak
memiliki jaringan, dan memasok program- program khusus kepada pelanggan mereka.
Radio lahir di Amerika Serikat dan Inggris. Radio sebagai alat komunikasi,
ditemukan setelah mesin cetak ditemukan. Donald McNicol dalam bukunya Radio Conquest of Space menyatakan bahwa
“ terkalahkannya” ruang angkasa oleh radio siaran dimulai pada tahun 1802 oleh
Dane dengan ditemukannya suatu pesan (message) dalam jarak pendek dengan
menggunakan alat sederhana berupa kawat beraliran listrik.
Penemu kemajuan
radio siaran radio berikutnya adalah tiga orang cendekiawan muda,
diantaranya James Maxwell berkebangsaan Inggris pada tahun 1865. Ia mendapat
julukan Scientific father of wireless,
karena berhasil menemukan rumus- rumus yang diduga mewujudkan gelombang
elektromagnetis, yakni gelombang yang digunakan radio siaran dan televisi.
Adanya gelombang elektromagnetis telah di buktikan oleh Heinrich Hertz dengan
melalui eksperimennya pada tahun 1884. Radio siaran yang digunakan sebagai alat
atau media komunikasi massa yang selanjutnya disebut sebagai radio siaran (broadcasting) mula- mula diperkenalkan
oleh David Sarnoff pada tahun 1915. Lee De Forest melalui radio siaran
eksperimennya pada tahun 1916 telah menyiarkan kampanye pemilihan presiden
Amerika Serikat antara Wilson dan Hughes kepada masyarakat umum, sehingga
disebut sebagai pelopor radio siaran. Dan dijuluki the father of radio siaran
atau bapak radio siaran. Yang bereksperimen menyiarkan musik adalah Dr. Frank
Conrad pada tahun 1919. Mulai tahun 1920 masayarakat Amerika Serikat telah
dapat menikmati radio siaran secara teratur dengan berbagai programnya (Effendy,
pada Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999)
a. Radio
siaran di Indonesia
Perkembangan
radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan
Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman Orde Baru.
i.
Zaman
Belanda
Radio siaran yang
pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie- Hindia Belanda),
ialah Bataviase radio siaran Vereniging
(BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan pada tanggal 16
Juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta.
Setelah BRV berdiri, secara serempak bediri pula badan- badan radio siaran
lainnya. Di kota Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan yang terbesar
dan terlengkap adalah NIROM (Nederlandsch
Indische Radio Omroep Mij) di Jakarta, Bandung, dan Medan, karena mendapat
bantuan dari pemerintah Hindia Belanda). Sebagai pelopor timbulnya radio siaran
usaha bangsa Indonesia ialah Solosche
Radio Vereniging (SRV) yang didirikan di kota Solo pada tanggal 1 April
1933 oleh Mangkunegoro VII dan Ir.
Sarsito Mangunkusumo.
ii.
Zaman
Jepang
Ketika Belanda menyerah
pada Jepang tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang
tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan
khusus bernama Hoso Kanri Kyoku,
merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta, serta mempunyai
cabang yang dinamakan Hoso Kyoku di
Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang.
Rakyat hanya boleh mendengarkan siaran dasri Hoso Kyoku saja. Namun demikian
beberapa pemuda dengan resiko kehilangan jiwa, tetap mendengarkan siaran luar
negeri secara sembunyi- sembunyi sehingga mereka dapat mengetahui bahwa tanggal
14 Agustus 1945 Jepang telah menyerah kepada sekutu.
iii.
Zaman
kemerdekaan
Ketika Bung Karno dan
Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, tidak dapat disiarkan secara
langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai oleh Jepang.
Teks proklamasi baru dapat disiarkan melalui bahasa Indonesia dan Inggris pukul
19.00 WIB namun hanya dapat didengar oleh penduduk di sekitar Jakarta. Baru
pada tanggal 18 Agustus 1945, naskah bersejarah itu dapat dikumandangkan ke
luar batas tanah air dengan risiko petugasnya diberondong senjata serdadu
Jepang. Tak lama kemudian dibuat pemancar gelap dan berhasil berkumandang di
udara radio siaran dengan stasiun call “Radio Indonesia Merdeka”. Dari sinilah
wakil presiden Mohammad Hatta dan pemimpin lainnya menyampaikan pidato melalui
radio siaran yang ditujukan kepada rakyat Indonesia. Pada tanggal 11 September
1945 diperoleh kesepakatan dari hasil pertemuan antara pemimpin radio siaran
untuk mendirikan sebuah organisasi siaran, kemudian tanggal itu dijadikan hari
ulang tahun RRI (Effendy, 1990: 58-60).
iv.
Zaman
Orde Baru
Sampai akhir tahun 1966
RRI adalah satu- satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki
oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi
sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui
RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi. Acara pendidikan yang berhasil
adalah “Siaran Pedesaan” yang mulai diudarakan bulan September 1969 oleh
stasiun RRI Regional. Stasiun RRI regional juga membantu menginformasikan
program- program pemerintah. Sejalan dengan perkembangan sosial budaya dan
teknologi, maka bermunculan radio amatir yang dikelola pemerintah. Untuk
menertibkannya, pemerintah mengeluarkan peraturan Pemerintah No. 55 tahun 1970
tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Pada tahun 1974 stasiun- stasiun radio
siaran swasta niaga berhimpun dalam wadah yang dinamakan Persatuan Radio Siaran
Swasta Niaga Indonesia, disingkat PRSSNI.
b. Radio
Siaran sebagai The Fifth Estate
Radio siaran mendapat julukan kekuatan
kelima atau the fifth estate karena radio siaran juga bisa melakukan
fungsi kontrol sosial seperti surat kabar , disamping empat fungsi lainnya
yakni memberi informasi, menghibur, mendidik dan melakukan persuasi. Faktor-faktor
yang memengaruhi kekuatan radio siaran tersebut adalah :
1.
Daya
Langsung
Daya Langsung
radio berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada
pendengarnya yang relatif cepat. Suatu pesan yang disampaiakan melalui surat
abar akan membutuhkan proses penyusunan dan penyebaran yang kompleks dan
membutuhkan waktu relatif lama. Pemberitaan dengan surat kabar harus disusun
secara panjang, diset, dikoreksi, dicetak, diangkut kepada para agen, dan dari
agen disebarkan pada para pelanggan. Sedangkan dalam radio siaran, berita yang
sudah dikoreksi dan sudah dicek kebenarannya dapat langsung dibacakan, bahkan
radio siaran dapat menyiarkan suatu peristiwa yang tengah berlangsung melalui
siaran reportase atau siaran pandangan mata. Dapat dikatakan bahwa radio siaran
seharusnya lebih aktual ketimbang surat kabar, sekalipun surat kabar saat ini
sudah megalamai kemajuan dengan ditemukannya CJJ (Cetak Jarak Jauh), yakni
suatu surat kabar yang sama dapat terbit dan tercetak sekaligus di beberpa kota
dengan isi pesan yang sama pula.
2.
Daya
Tembus
Kekuatan lain
dari radio siaran , ialah daya tembus. Dengan mudah kita meindahkan
channel dari stasiun radio satu kepada stasiun radio siaran lainnya, padahal
jarak Indoensia dengan inggris maupun Australia sangat jauh dan dipisahkan oleh
luasnya laug dan tingginya gunung. Dengan demikian radio siaran tidak mengenal
jarak dan rintangan. Kekuatan daya tembus inilah yang menyebabkan radio siaran
memiliki peran penting bagi radio siaran memiliki peran penting bagi rakyat
Indonesia yang tersebar di berbagai ribuan pulau.
3.
Daya
Tarik
Faktor ketiga
yang menyebabkan radio siaran mempunyai kekuasaan adalah daya tarik. Daya tarik
ini disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya,
yakni musik, kata-kata dan efek suara (sound effect). Tulang punggung radio
siaran adalah musik. Oleh karenanyam hampir setiap acara radio siaran dikemas
dalam bentuk hiburan, setidaknya acara siaran kata pun diselingi oleh musik
atau efek suara.
c. Karakteristik
Radio Siaran
Setiap media massa, memiliki
cirri-cirinya masing-masing. Pesan yang disusun untuk surat kabar tentu akan
sulit dimengerti jika disampaikan melalui radio siaran. Untuk radio siaran
terdapat cara tersendiri, yaitu apa yang disebut radio siaran style. Gaya
radio siaran ini disebabkan oleh sifat radio siaran yang mencakup,
1. Imajinatif
Karena hanya
indra pendengaran , dan pesanya pun selintas, maka radio siaran dapat mengajak
komunikatornya berimajinasi.
2. Auditori
Sifat auditori
sebagai konsekuensi dari radio siaran untuk didengar. Karena kemampuan
mendengar manusia itu terbatas, maka pesan komunikasi melalui radio siaran diterima dengan selintas.
Pendengar tidak dapt mendengar kembali (rehearing) informasi yang tidak
jelas diterimanya, karena ia tidak bisa meminta kepada komunikator atau penyiar
untuk mengulang informasi yang hilang tersebut, kecuali ia merekamnya. Maka,
pesan radio siaran harus disusun secara singkat dan jelas (concise and clear).
3. Akrab
Pada umunya kita
mendengarkan radio siaran sambil mengerjakan pekerjaan lain, misalnya sambil
mengendarai mobil, menulis, makan, dan lain-lain. Seorang penyiar radio siaran
seolah-olah berada di kamar pendengar, menemani pendengar dalam beraktivitas
dimana saja pendengar berada. Maka, acara-acara yang disampai kan mulai dari
yang informative sampai acara-acara hiburan yang menggembirakan.
4. Gaya percakapan
Seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, bahwa radio siaran bersifat akrab, dan menemani
pendengar dalam beraktivitas. Oleh karena itu, pesan dari radio siaran biasanya
bersifat pribadi (sekalipun sebuah radio siaran itu sesungguhnya didengarkan
oleh khalayak luas). Dengan demikian , materi siaran kata radio siaran bergaya
percakapan (conversational style). Karakteristik radio siaran tersebut diatas
perlu dipahami komunikator agar dalam menyusun dan menyampaikan pesan dan
menggunakan media radio siaran, komunikator dapat melakukan penyesuaian
sehingga komunikasi mencapai sasaran.
4.
TELEVISI
Dari semua media komunikasi yang ada, televisi
adalah yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. Televisi merupakan media yang paling banyak
digunakan oleh segala kalangan. Perkembangan televisi juga cukup pesat, mulai
dari perkembangan saluran, program acara, bahkan dari televisinya sendiri.
Terkait sistem penyampaian program misalnya, terdapat sedikitnya lima metode
penyampaian program televisi, yaitu :
·
Over-the-air
reception of network and local station program
Kualitas
gambarnya masih kuno dibandingkan dengan HDTV (High Definition
Television)
·
Cable
Program
Disampaikan melalui satelit ke sistem kabel di bawah tanah, kemudian
didistibusikanke rumah-rumah dengan kabel dibawah tanah atau dengan tambahan
kabel, sistem cable standard dilakukan
pada tahun 1990-an.
·
Digital
Cable
Ini
bagian dari information super highway. Sistem kabel lokal dan telepon untuk
pelanggan dalam jumlah besar, dahulu menggunakan kabel kuno sekarang diganti
dengan kabel serat optik yang ditanam dibawah tanah tetapi memiliki kapasitas
lebih tinggi. Kabel serat optik ini dapat memuat 500 lebih saluran. Sistem ini
memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah. Instalasi kabel serat optik,
tetapi memerlukan peralatan khusus dalam penerimaan program
·
Wireless
Cable
Sejumlah
sistem kabel menyampaikan program bagi pelanggan yang menggunakan transmisi microwave(gelombang pendek) meskipun
kabel ini di bawah tanah. Metode ini mengurangi biaya instalasi serat optik,
tetapi memerlukan peralatan khusus dalam penerimaan program.
·
Direct
Broadcast Satellite(DBS)
Program-progam
ditransmisikan oleh satelit langsung dengan menggunakan piringan yang
berdiameter 18 inci ditaruh di atap rumah atau di indonesia dikenal istilah
antena parabola. Metode ini merupakan terobosan dalam sistem televisi kabel,
yang dimulai di Amerika Serikat sejak tahun 1994.
a.
Sejarah
singkat televisi
Sebagaimana radio siaran, penemuan
televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan
akhir abad 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell
dan Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi, pada tahun 1890. Paul Nipkow dan
Willian Jenkins melalui ekperimennya menemukan metode pengiriman gambar melalui
kabel. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan
menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1928 General Electronic
Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular. Pada tahun
1939 Presiden Franklin D. Roosevelt tampil di layar televisi. Sedangkan siaran
televisi komersial di Amerika dimulai pada 1 September 1940.
b.
Siaran
Televisi di Indonesia
Kegiatan penyiaran televisi di
Indonesia pertama kali adalah pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan
dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di
Senayan. TVRI(Televisi Republik Indonesia) mulai digunakan menjadi panggilan
stasiun(station call) sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di
udara rata-rata satu jam sehari.
Kemudian karena kepentingan
pemerintah dan keinginan dari rakyat Indonesia agar siaran televisi dapat
dinikmati di seluruh wilayah, pada tanggal 16 Agustus 1976, Presiden Soeharto
meresmikan penggunaan satelit Palapa untuk
telekomunikasi dan siaran televisi. Dalam perkembangannya, satelit Palapa dalam
perkembangannya telah diganti dan diperbaharui beberapa kali. Hingga sampai
sekarang dimana sudah ada saluran-saluran swasta yang baru.
c.
Fungsi
televisi
Fungsi televisi tidak berbeda dari
media massa lainnya, yaitu memberi informasi, mendidik, mempersuasi dan nemberi
hiburan. Akan tetapi fungsi menghibur pada televisi lebih dominan pada
memberikan hiburan. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi
UNPAD menunjukkan bahwa masyarakat lebih mencari aspek hiburan didalam televisi
daripada untuk memperoleh informasi.
d.
Karakteristik Televisi
1. Audiovisual
Artinya televisi dapat didengar
sekaligus dilihat karena kita tidak hanya mendengar kata-kata, music dan efek
suara tapi juga melihat gambar bergerak. Suara dan gambar harus ada kesesuaian.
Jika tidak maka akan menimbulkan kejengkelan penonton. Contohnya dalam acara
musik kita sering melihat ketidakharmonisan antara gerakan bibir dan mulut
penyanyi dengan bunyi kata-kata dalam lagu (acara rekaman).
Penayangan film berita dalam siaran
berita, selain untuk memanfaatkan karakteristik televisi, juga agar penonton
memperoleh gambaran yang lengkap tentang berita yang disiarkan serta mempunyai
keyakinan akan kebenaran berita.
2. Berpikir
dalam Gambar
Ada dua tahap, yaitu visualisasi
dan penggambaran. Visualisasi (visualization) adalah menerjemahkan kata-kata
yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses
ini, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi
gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga menjadi suatu
makna. Contohnya dalam naskah disebutkan : “seorang gadis yang dilanda duka
sedang duduk termenung” , maka visualisasinya adalah gadis dengan wajah sedih
duduk di kursi dan tangannya menopang dagu.
Tahap penggambaran (pictuarization), yakni kegiatan
merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya
mengandung makna tertentu. Dapat dilihat dari gerakan=gerakan kamera seperti
dari jarak dekat (close shot), gambar
sangat besar (big close-up),
menyamping (panning), dari atas ke
bawah atau sebaliknya (tilting), dan
sebagainya.
3. Pengoperasian
Lebih Kompleks
Pengoperasian televisi lebih banyak
melibatkan orang (crew), peralatan
yang digunakan lebih banyak dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil
dan terlatih. Karenanya media televisi
lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran.
e. Faktor-faktor
yang Perlu Diperhatikan
1. Pemirsa
Komunikator harus memahami
kebiasaan dan minat pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja,
dewasa maupun orang-orang. Kebiasaan dan minat tiap kelompok pemirsa berkaitan
dengan materi pesan dan jam penayangan dan bias diketahui melalui melalui hasil
survei. Jadi, setiap acara yang ditayangkan benar-benar berdasarkan kebutuhan
pemirsa, bukan acara yang dijejalkan begitu saja.
2. Waktu
Agar setiap acara ditayangkan
secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran atau khalayak yang
dituju. Misalnya antara pukul 19.30 sampai 21.00 WIB dianggap sebagai waktu
utama (prime time) karena pada waktu
itulah seluruh anggota keluarga berkumpul dan punya waktu untuk menonton televisi.
Karenanya pada acara tersebut dipenuhi oleh iklan.
3. Durasi
Yaitu jumlah menit dalam setiap
penanyangan acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara
dan tuntutan skrip atau naskah, yang paling penting bahwa dengan durasi
tertentu, tujuan acara tercapai.
4. Metode
Penyajian
Agar fungsi mendidik dan membujuk tetap
ada dan tetap diminati pemirsa maka pesan dikemas sedemikian rupa sehingga
pesan nonhiburan dapat mengundang unsure hiburan. Atau pesan nonhiburan
ditempelkan pada acara hiburan misalnya dalam wayang orang.
5.
FILM
Film atau gambar
bergerak adalah bentuk dominan dari komunikasi massa. Film biasanya ditayangkan
secara premier di bioskop-bioskop dan
televisi. Film di dunia didominasi oleh produsen film Amerika Serikat yang
berpusat di Hollywood. Film yang dibuat
disini membanjiri pasar global, mempengaruhi sikap dan
perilaku, serta harapan orang-orang di seluruh
belahan dunia. Film mulai dikenal publik Amerika Serikat pada dekade 1920-an
sampai 1950-an. Saat itu Film lebih dahulu dikenal
dibandingkan radio dan televisi sebagai media hiburan favorit. Industri
film merupakan industri bisnis. Predikat ini
telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang dibuat secara kreatif dan mewujudkan imajinasi orang-orang yang bertujuan
mendapatkan estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun demikian, industri film tidak hanya mengejar keuntungan semata,
terkadang mereka juga menomorsatukan kualitas isi film.
a. Sejarah
Film
1.
Film
adalah pengembangan dari prinsip-prinsip fotografi dan proyektor.
2.
Film
yang pertama kali diproduksi Amerika adalah The Life of an American Fireman dan The Great Train Robbery (1903) yang
durasinya hanya sekitar 10-11 menit.
3.
Tahun
1906 sampai dengan 1916 lahir film feature,
bintang film dan pusat perfilman Hollywood. Pada masa ini dikenal sebagai The Age of Grifith karena di periode itu
David Wark Grifith membuat fim sebagai media yang dinamis. Diawali dengan film The Adventure of Dolly (1908) dan
puncaknya yakni The Birth of a Nation
(1915) dan Intolerence (1916) ,
Grifith menemukan terobosan baru dalam seni acting yang alamiah dan
pengorganisasian elemen-elemen film yang baik.
4.
Pada
periode yang sama, Mack Sennett dengan Keystone Company yang memproduksi film
komedi bisu Charlie Chaplin.
5.
Pada
tahun 1927, di Broadway Amerika Serikat muncul
film dengan suara yang pertama meski belum sempurna.
b. Perfilman Indonesia
i. Film yang pertama kali diproduksi adalah
film Lady van Java yang dibuat di
Bandung oleh sineas David pada tahun 1926.
ii. Tahun 1927/1928 Krueger Coorporation
menggarap film Eulis Atjih dan sampai
tahun 1930 muncul film-film seperti Lutung
Kasarung, Si Conat dan Pareh. Film-film
tersebut adalah film bisu yang diproduksi oleh orang-orang Belanda dan
Tionghoa.
iii. Film bersuara nasional pertama adalah
film Terang Bulan yang dibintangi
oleh Roekiah dan R. Mochtar dari naskah penulis Indonesia, Saerun.
iv. Saat perang Asia Timur Raya tahun 1941,
perfilman tanah air berpindah dari
tangan orang Belanda dan Tionghoa ke tangan Jepang. Salah satunya adalah rumah
produksi NV. Multi Film yang menjadi Nippon Eiga Sha yang membuat film feature dan film dokumenter. Setelah
Indonesia merdeka, tanggal 6 Oktober 1945 Nippon Eiga Sha diserahkan kepada
Indonesia. Serah terima diwakili oleh R.M. Soetarto dan Ishimoto.
v. Mulai tanggal 6 Oktober 1945, lahirlah
Berita Film Indonesia (BFI) bersamaan dengan pindahnya RI dari Yogyakarta.
vi. BFI bergabung dengan Perusahaan Film
Negara yang pada akhirnya menjadi Perusahaan Film Nasional.
c. Fungsi
Film
Tujuan utama
atau khalayak film adalah yang ingin mendapat hiburan. Dalam film terkandung
fungsi informatif dan edukatif bahkan
persuasif. Sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1970, bahwa
selain media hiburan, film juga berfungsi sebagai media edukasi untuk pembinaan
generasi muda dalam rangka nation
character building. Fungsi edukasi film dapat tercapai jika film nasional
memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film documenter dan film yang
diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.
d. Karakteristik
Film
Faktor-faktor
yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan
gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis.
©
Layar Lebar/ Luas
Film, identik dengan istilah layar
lebar. Ya memang layar yang digunakan pemutaran film berukuran besar dan luas.
Penggunaan layar lebar ini biasanya dipakai di bioskop-bioskop atau layar
tancap keliling. Bahkan saat ini sudah ada jenis layar yang memiliki kemampuan
tiga dimensi
©
Pengambilan Gambar
Konsekuensi dari penggunaan layar yang
lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam
film memungkinkan jarak jauh atau extreme
long shot dan panoramic shot, yakni
pengambilan gambar menyeluruh. Shot tersebut
digunakan untuk memberi kesan artistic dan suasana yang natural. Disamping itu,
panoramic shot dapat membuat penonton
mendapat gambaran yang cukup tentang lokasi film.
©
Konsentrasi
Penuh
Dari pengalaman kita masing-masing; di
saat kita menonton film di bioskop, bila tempat duduk sudah penuh terisi atau
waktu tayang sudah tiba, pintu ditutup, lampu dimatikan, kemudian nampak di
depan kita layar luas dengan gambar yang bercerita tentang film tersebut.
Kita semua terbebas dari gangguan hiruk
pikuknya suara di luar. Semua mata hanya tertuju pada layar, sementara pikiran
perasaan kita tertuju pada alur cerita. Dalam keadaan demikian, emosi kita juga
terbawa suasana (misal: tertawa terbahak-bahak ketika ada adegan lucu, menangis
apabila ada adegan menyedihkan, dll).
Bandingkan sekarang bila kita menonton
TV di rumah, dengan lampu yang tidak dimatikan, ada orang hilir mudik serta
adanya gangguan-gangguan lainnya. Tentu hal tersebut akan berbeda bukan?.
©
Identifikasi
Psikologi
Tentu kita merasakan bahwa suasana di
dalam gedung bioskop membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita.
Karena penghayatan kita yang mendalam, seringkali secara tidak sadar kita
mengidentifikasikan diri kita dengan salah satu pemeran dalam film, sehingga
seola-olah kita sedang berperan. Gejala inilah yang menurut ilmu jiwa sosial
disebut sebagai identifikasi psikologis. (Effendy, 1981:192)
Pengaruh film terhadap jiwa penonton
tidak hanya selama duduk di bioskop, tetapi akan berlangsung cukup lama;
misalnya peniruan model berpakaian dan gaya rambut (disebut dengan imitasi).
Kategori yang mudah terpengaruh biasanya anak-anak dan anak muda, meski
terkadang orang dewasa juga ada.
Tetapi bila cara hidup yang tidak sesuai
dengan norma bangsa kita juga ditiru, bagaimana?. Bila anak muda hidup bersama
tanpa ada ikatan pernikahan misalnya, seolah perbuatan itu wajar dan layak
dicontoh. Bagaimana bila film sejenis ini mempunyai intensitas yang sering
diputar?. Efek seperti inilah yang harus dihindari, dan ini tentu menjadi tugas
dari lembaga penyiaran dan badan film lainnya.
e. Jenis-Jenis Film
Sebagai
seorang komunikator adalah penting untuk mengetahui jenis film supaya dapat
memanfaatkan film tersebut sesuai dengan karakteristiknya. Berikut adalah
karakteristiknya:
Þ Film Cerita (Story Film)
Jenis
film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertontonkan di bioskop dengan
bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita
yang diangkat bisa berupa cerita fiktif atau berdasar kisah nyata yang
dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik jalan cerita atau segi
artistiknya. Sejarah dapat diangkat sebagai film juga sekaligus teladan
perjuangan para pahlawan kita serta menumbuhkan motivasi. Contoh: G.30 S PKI.
Þ Film Berita (newsreel)
Film
mengenai fakta / peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya
berita,maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita
(news value). Kriteria berita itu penting dan menarik. Film ini misalnya adalah
ada suatu peristiwa tertentu yang terekam secara utuh kemudian narator
membacakan narasinya mengenai hal yang berkaitan dengan film tersebut.
Þ Film Dokumenter
Robert
Flaherty mendefinisikannya sebagai :
“Karya
ciptaan mengenai kenyataan (creative
treatment of actuality)”
Film
dokumenter merupakan hasil interpretasi pembuatnya mengenai kenyataan yang
diangkatnya tersebut. Film dokumenter ini akan melalui sedikit rekayasa agar
dapat menghasilkan kualitas film dengan gambar yang bagus. Contoh film
dokumenter: upacara “Ngaben” di Bali, upacara kematian orang Toraja, dll.
Biografi seseorang juga bisa diangkat di dalam film dokumenter.
Þ Film Kartun
Film
ini dibuat untuk dikonsumsi anak-anak. Contoh: Sinchan, Mickey Mouse, dll.
Sebagian
film kartun akan membuat kita tertawa, tetapi ada pula yang membuat iba karena
alur ceritanya. Selain menghibur, film kartun ini juga mengandung unsur
pendidikan dan nilai kehidupan. Misal: Tokoh yang jahat akan kalah,dll.
6. KOMPUTER
DAN INTERNET
Lebih dari 5 orang
dewasa Amerika menggunakan internet di rumah, kantor, dan sekolah, diatas 10%
diantaranya menggunakannya setiap hari. Berkirim email merupakan aktivitas mereka dalam jaringan internet.
Situs-situs juga menjadikan sumber informasi sebagai hiburan dan informasi
perjalanan wisata. Pengguna internet menggantungkan diri pada situs-situs untuk
memperoleh berita. Dua sampai tiga pengguna internet mengakses situs untuk
mendapatkan berita terbaru setiap minggunya (Straubhar dan LaRose, 2000:267).
Industri media komputer
memiliki beberapa bidang utama, seperti pabrik hardware dan software.
Sementara dikenal juga istilah content provider, yang merupakan pengembang isi
dan database yang didistribusikan
melalui jaringan komputer. Adapun salah satu bagian perangkat lunak yang
penting, yaitu Internet Service Provider
(ISP), yaitu perusahaan yang menjual
akses ke internet.
Bisnis perangkat keras
komputer terbagi ke dalam empat bidang umum. Yang pertama adalah the computer, yang terdiri dari super-computer, mainframe, mini computer, workstation, dan personal
computer. Kemudian yang kedua adalah storage
device, seperti disk drive. Lalu
ada pula peripheral, seperti printer dan modem. Kemudian komponen atau computer
material, misalnya perangkat untuk merakit komputer.
Sementara industri
perangkat lunak terbagi ke dalam tiga bidang utama. Yang pertama adalah
perusahaan yang menjual prepackaged
software, yang merancang sistem komputer terpadu untuk penggunaan lebih
luas dan otomatis. Bidang kedua adalah pabrik yang menyediakan prepacked software, yang menyediakan
aplikasi-aplikasi program populer seperti microsoft
office, electronic spreadsheet,
juga games. Yang terakhir adalah software industry, yang digunakan untuk
membuat gambar bergerak, baik animasi maupun film.
Adapun content provider adalah perusahaan yang
menciptakan isi yang dapat dilihat pada layar komputer. Sejumlah content provider merupakan perkembangan
dari pembuatan software. Misalnya Microsoft yang memiliki majalah online, Slate. Perusahaan computer games merupakan
perpaduan antara software dan content provider. Content provider yang sudah dikenal sebagai perusahaan media massa
papan atas adalah New York Times,
jaringan televisi ESPN, dan masih
banyak lagi, mereka berperan sebagai content
provider untuk penyebaran informasi media massa melalui dunia maya.
Internet merupakan
jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh
dunia (Laquey, 1997). Tujuannya adalah menyediakan sarana bagi para peneliti
untuk mengakses data dari sejumlah sumber daya. Namun, saat ini internet telah
berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif, sehingga
telah menyimpang jauh dari misi awalnya. Dewasa ini, internet telah tumbuh
menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang
tidak dapat diabaikan.
Pengguna internet
berasal dari berbagai kalangan, pengelola media massa, artis, guru, dosen,
pustakawan, penggemar komputer, pengusaha, pelajar, dan masih banyak lagi
pengguna di usia belia. Motif penggunaannya juga sangat beragam. Mulai dari
sekedar berkomunikasi, mengerjakan tugas, hingga mengakses data dan informasi
penting. Nilai yang ditawarkan internet dapat dianalogikan sebagai sebuah
sistem jalan raya dengan transportasi berkecepatan tinggi yang memperpendek
perjalanan. Atau diibaratkan sebuah perpustakaan yang dapat dikunjungi setiap
saat dengan buku-buku yang lengkap, sumber informasi, dan kemungkinan
penelusuran informasi yang tidak terbatas. Juga sebagai sebuah jamuan pesta
semalam suntuk dengan penerima tamu ramah yang siap menyambut kehadiran tamu
undangan setiap saat.
Internet tercipta oleh
suatu ledakan tak terduga di tahun 1969, yaitu lahirnya Arpanet, proyek
eksperimen Kementerian Pertahanan Amerika Serikat bernama DARPA (Departement of Defense
Advanced Research Project Agency). Misi awalnya mencoba menggali teknologi
jaringan yang dapat menghubungkan para penliti dengan berbagai sumber daya
jauh, seperti sistem komputer dan database
yang besar. 25 tahun berlalu, sistem ini berevolusi menjadi suatu “organisme”
yang semakin luas perkembangannya, yang mencakup jutaan orang dan ribuan
jaringan.
Internet dihuni oleh
jutaan orang non-teknik yang menggunakannya setiap hari untuk berkomunikasi dan
mencari informasi. Pertumbuhan internet ini perlu dipahami, di satu sisi
internet dapat dipahami sebagai perangkat untuk mengirim dan menerima pesan
seperti faksimili. Dimana perkembangannya dulu juga tidak dibangun dalam waktu
semalam. Perangkat itu berkembang ketika kalangan bisnis mulai menyadari manfaatnya.
Lama-kelamaan kehadiran perangkat ini semakin lumrah, perangkatnya pun semakin
mudah di dapat, begitu pula komputer.
Internet memang
merupakan jaringan komputer terbesar di dunia. Dari segi jumlah jaringan,
pengguna, sumber daya yang tersambungkan, internet terus tumbuh menjadi semakin
besar, dan semakin “bernilai”. Sebuah gerbang email adalah suatu jalur hubungan khusus yang hanya memungkinkan
pengiriman surat elektronik antara dua atau lebih jaringan. Sebagian besar
komputer dan jaringan yang tersambungkan ke internet masih berkaitan dengan
masyarakat pendidikan dan penelitian. Kenyataan ini bukan suatu hal yang
mengejutkan, karena internet memang lahir dari benih penelitian. Namun semakin
banyak universitas kini bekerja sama dengan kalangan bisnis untuk mengembangkan
berbagai katalog dan arsip online.
Banyak kalangan bisnis
menyadari bahwa dengan menghubungkan perusahaan mereka kedalam jaringan
internet, mereka memperoleh akses seketika kepada para pelanggan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa layanan online pada umumnya menciptakan suatu
industri bernilai milyaran dolar, dengan perkiraan pertumbuhan 25% per tahun.
Jadi, masuk akal bila saat ini penyedia layanan informasi bermigrasi ke
internet. Pertumbuhan sumberdaya yang dapat diakses melalui internet sangatlah
menakjubkan. Menurut LaQuey, yang membedakan internet dengan teknologi
tradisional adalah tingkat interaksi dan kecepatan yang dapat dinikmati
pengguna untuk menyiarkan pesannya. Tak ada media yang memberi setiap
penggunanya kemampuan untuk berkomunikasi secara seketika dengan ribuan, atau
bahkan jutaan orang.
Internet adalah perkakas sempurna untuk menyiagakan dan mengumpulkan sejumlah besar orang secara elektronis. Internet juga menyediakan sejumlah informasi yang
jumlahnya terus meningkat. Informasi ini mencakup berbagai arsip gratis dan arsip umum, catalog perpustakaan, layanan pemerintah, dan berbagai pangkalan-data
komersial. Semua piranti digital memberi anda kemampuan untuk menerabas jalan kita menuju sebuah sumber. Maksud dari hal itu adalah kita tidak perlu lagi mendengarkan siaran radio 24 jam
melalui siaran
radio ataupun siaran TV dan menunggu berita prakiaraan cuaca, karena kita hanya perlu mencari semua informasi itu di internet, dan kita akan mengetahui semua berita yang ada kapan saja.
Internet merupakan alat yang unggul dalam menghimpun berbagai orang karena
faktor geografis tidak lagi menjadi hambatan. Karena hal itu, maka intrnet menyababkan banyaknya terbentuk perkumpulan antara berbagai orang dan kelompok; jenis interaksi pada skala besar ini merupakan hal yang tidak mungkin tanpa adanya jaringan komputer.
Menurut Reddick dan King (1996), informasi yang
menarik, tepat waktu dan cermat sangat penting untuk jurnalisme yang baik.
Maka dari itu, selama bertahun-tahun di Amerika Serikat, Gedung Putih merupakan sumber berita yang paling
bergengsi di kalangan wartawan. Pada tahun 1990-an Theodore
Roosevelt merintis pertemuan resmi yang diadakan secara teratur dengan para wartawan .langkah inipun kemudian memberikan status
tertentu pada kalangan wartawan yang terlibat.
Namun keadaan ini terus berubah dengan perkembangan data (database ), bulletin boards, dan internet. Setelah adanya berbagai hal tersebut yang muncul dengan seiring perkembangan zaman, maka sekarang wartawan akan memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh informasi.
Informasi dari Gedung Putih tadi hanyalah salah satu contoh saja dari peluang yang makin besar bagi wartawan untuk mendapatkan informasi. Sebagai contohnya saja wartawan ekonomi sekarang dapat memperoleh informasi dari Securities and Exchange Commision (Pasar Saham dan Bursa Efek) melalui jaringan komputer. Wartawan ilmu pengetahuan dapat memperoleh informasi melalui National of Health, National Science Foundation dan National
Library of
Medicine. Lalu ada wartawan hukum yang dapat memperoleh laporan sidang dan juga putusan pengadilan dari internet.
Sebenarnya internet sama halnya dengan telepon, yang
memungkinkan wartawan mewawancarai orang
dimanapun berada,
jaringan internet memungkinkan wartawan mewawancarai orang
dimanapun berada dan mendapatkan informasi dari berbagai sumber.
(y)
ReplyDelete