Bentuk-Bentuk Media Massa


KOMUNIKASI MASSA
BENTUK-BENTUK MEDIA MASSA


undip-logo200b
 






  Oleh :
Nalida Nursafa’ati
Theodora Lumban T.
NIM. 14030111130036
NIM. 14030111130045
Monalisa Sima S.
Haekal Muhammad
NIM. 14030111130038
NIM. 14030111130050
Yuliantika Hapsari
Hendrikus Setya P.
NIM. 14030111130039
NIM. 14030111130053
Mar’atul Hanifah
Maulana Ocky A.
NIM. 14030111130040
NIM. 14030111130054
Vitri Juniati
Taufik Reza Ardianto
NIM. 14030111130041
NIM. 14030111130066
Kholita Putri Arifiana
Elisabeth Natasia
NIM. 14030111130044
NIM. 14030111130071


JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
BENTUK-BENTUK MEDIA MASSA

1.      SURAT KABAR
Menurut Agee (et.al), secara kontemporer surat kabar memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder. Fungsi utama media adalah : (1) to inform (menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, Negara, dan dunia), (2) to comment (mengomentari berita yang disampaikan dan mengambangkannya kedalam fokus berita), (3) to provide (menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media). Sedangkan fungsi sekunder media, adalah: (1) untuk kampanye proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan, yang diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu, (2) memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun dan cerita-cerita khusus, (3) melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi dan memperjuangkan hak.
a.      Sejarah Surat Kabar
1.      Di Jerman
Prototipe pertama surat kabar diterbitkan di Bremen, Jerman pada tahun 1609. Pada tahun yang sama, surat kabar yang sangat sederhana terbit di Strasborg. Bentuk surat kabar yang sesungguhnya terbit pada tahun 1620 di Frankfurt, Berlin, Hamburg, Vienna, Amsterdam, dan Antwerp.
2.      Di Inggris
Di Inggris, surat kabar pertama yang masih sederhana terbit pada tahun 1621. Sedangkan yang dianggap sebagai benar-benar surat kabar yang terbit secara teratur ialah Oxford Gazzete yang terbit di Oxford tahun 1665. Beberapa bulan kemudian ketika pemerintahan pindah ke London, surat kabar tersebut berubah namanya menjadi London Gazzete. Surat kabar harian yang pertama terbit adalah Daily Courant.
3.      Di Amerika
Surat kabar harian yang pertama di Amerika Serikat adalah Pennsylvania Evening Post dan Daily Advertiser yang terbit pada tahun 1783. Sampai tahun 1830-an, surat kabar relatif mahal harganya dan hanya dibaca oleh golongan elit, serta para politikus.
a)      The Penny Press
Perkembangan teknologi percetakan telah mengakibatkan proses percetakan semakin cepat, sehingga surat kabar semakin memasyarakat karena harganya murah.
b)      Newspaper Barons
Pada akhir abad 19, surat kabar di Amerika mengalami kejayaan karena surat kabar melakukan promosi yang sangat agresif, terlebih setelah Joseph Pulitzer menerbitkan St Louis Post-Dispatch, dan membeli New York World pada tahun 1883. Kejayaan ini dikenal sebagai masa Newspaper Barons.
c)      Yellow Journalism
Masing-masing surat kabar ingin menarik perhatian pembacanya. Berbagai cara dilakukan, diantaranya adalah dengan menulis headline dengan huruf besar dan tebal, dan dengan berita sensasi. Surat kabar demikian disebut yellow paper (surat kabar kuning), dan kegiatannya disebut yellow journalism.
d)      Jazz Journalism
Tahun 1919 terbit surat kabar New York Daily News yang ukurannya lebih kecil, banyak menggunakan foto terutama pada halaman pertama, dan menampilkan satu atau dua headline, serta menekankan unsur seks dan sensasi. Perwujudan tabloid semacam ini disebut sebagai jazz journalism.
4.      Di Indonesia
a)      Zaman Belanda
Surat kabar-surat kabar yang terbit pada masa itu tidak mempunyai arti secara politis, karena lebih merupakan surat kabar periklanan. Tirasnya tidak lebih dari 1000-1200 eksemplar setiap kali terbit. Semua penerbit terkena peraturan, setiap penerbitan tidak boleh diedarkan sebelum diperiksa oleh penguasa setempat.
b)      Zaman Jepang
Ketika Jepang datang, surat kabar-surat kabar yang ada di Indonesia diambil alih secara pelan-pelan. Beberapa surat kabar diatukan dengan alasan untuk menghemat alat-alat dan tenaga. Tujuan sebenarnya adalah agar pemerintah Jepang dapat memperketat pengawasan terhadap isi surat kabar. Wartawan-wartawan Indonesia pada saat itu hanya bekerja sebagai pegawai, sedang yang diberi pengaruh serta kedudukan adalah wartawan yang sengaja didatangkan dari Jepang. Pada saat surat kabar hanya bersifat propaganda dan memuji-muji pemerintah dan tentara Jepang.
c)      Zaman Kemerdekaan
Pada masa awal kemerdekaan, Indonesia pun melakukan perlawanan dalam hal sabotase komunikasi. Surat kabar yang diterbitkan oleh bangsa Indonesia pada saat itu merupakan tandingan dari surat kabar yang diterbitkan pemerintah Jepang.
d)      Zaman Orde Lama
Setelah Presiden Soekarno mengumunkan dekrit kembali ke UUD 1945 tanggal 5 Juli 1959, terdapat larangan kegiatan politik, termasuk pers. Persyaratan mendapat SIT (Surat izin Terbit) dan Surat Izin Cetak diperketat. Situasi seperti ini dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang pada saat itu amat menaruh perhatian pada pers. Pada masa inilah sering terjadi polemic antara surat kabar yang pro PKI dan yang anti PKI.
e)      Zaman Orde Baru
Sejalan dengan tampilnya orde baru, surat kabar yang terjadinya dipaksakan untuk mempunyai “gantolan” (berafiliasi), kembali mendapatkan kepribadiannya. Itulah sebabnya, terhadap surat kabar dan majalah yang “nakal” pemerintah memberikan ganjaran berupa pencabutan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP).

b.      Fungsi Surat Kabar
Surat kabar sebagai media massa dalalm masa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan pesan-pesan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia. Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan dan persuasive), fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi.

c.       Karakteristik Surat Kabar
Karakteristik surat kabar sebagai media massa mencakup; publisitas, periodisitas, universal, aktualitas dan terdokumentasi.
1.      Publisitas (publicity) adalah penyearan pada public atau khalayak (Efendy, pada karlinah, dalam Karlinah, dkk. 1999)
2.      Periodesitas menunjukkan pada ketergantungan terbitnya, bisa harian, mingguan, atau dwi mingguan.
3.      Universalitas menunjukkan pada kesemestaan isinya, yang beraneka ragam dam dari seluruh dunia.
4.      Aktualitas, menurut kata asalnya, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya” (Effendy, pada Karlinah, dalam Karlinah, dkk. 1999)
5.      Terdokumentarikan, dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan atau dibuat kliping.
d. Kategorisasi Surat Kabar
Surat kabar dapat dikelompokkan pada berbagai kategori. Dilihat dari ruang lingkupnya, maka katergorinya adalah surat kabar nasional, regional dan  lokal, contoh; surat kabar nasional, Kompas, Media Indonesia dll; Surat kabar regional, Pikiran Rakyat (Jawa Barat), Waspada (Sumatera Utara), dll; Surat kabar local, Pos Kota (Jakarta), Kedaulatan Rakyat (Jogjakarta) dll. Ditinjau dari bentuknya, ada bentuk surat kabar biasa dan tabloid seperti Bintang Citra, Nova, Wanita Indonesia dll. Sedangkan dilihat dari bahasa yang digunakan, ada surat kabar berbahasa Indonesia, bahasa Inggris seperti The Jakarta Post dan bahasa daerah.

2.      MAJALAH
Majalah pertama kali diluncurkan di Amerika pada pertengahan 1930-an dan memperoleh kesuksesan besar. Majalah telah membuat segmentasi pasar tersendiri dan membuat fenomena baru dalam dunia media massa cetak di Amerika.
Menurut Dominick, klasifikasi majalah dibagi kedalam lima katergori, yaitu,
1.      General consumer magazine (majalah konsumen umum). Konsumen majalah ini siapa saja. Mereka dapat mebeli majalah di sudut – sudut outlet, mall, supermall atau toko buku lokal. Majalah konsumen umum menyajikan informasi tentang produk dan jasa yang diiklankan pada halaman – halaman tertentu.
2.      Business Publication (majalah bisnis). Majalah bisnis ini melayani secara khusus informasi bisnis, industri atau profesi. Media ini tidak dijual di mall atau supermall, pembacanya terbatas pada kaum profesional atau pelaku bisnis. Informasi yang diiklankan umumnya hanya dibeli oleh organisasi bisnis atau kaum profesional.
3.      Literacy reviews and academic journal (kritik sastra dan majalah ilmiah). Terdapat ribuan nama majalah kritik sastra dan majalah ilmiah, yang banyak diterbitkan oleh organisasi – organisasi non profit, universitas, yayasan atau organisasi profesional. Mereka menerbitkan empat edisi atau kurang dari itu setiap tahunnya dan kebanyakan tidak menerima iklan.
4.      Newsletter (majalah khusus terbitan berkala). Media ini dipulikasikan dengan bentuk khusus, 4 – 8 halaman dengan perwajahan khusus pula. Media ini didistribusikan secara gratis atau dijual secara berlangganan.
5.      Public Relations Magazines (majalah humas). Majalah PR ini diterbitkan oleh perusahaan, dan dirancang untuk sirkulasi pada karyawan perusahaan, agen, pelanggan dan pemegang saham. Jenis pubilkasi penerbitan ini berbeda sedikit dengan priklanan, melainkan menjadi bagian dari promosi organisasi atau perusahaan yang mensponsori penerbitan.

a.      Sejarah Singkat Majalah
1.      Di Inggris
Majalah di Inggris adalah Review yang diterbitkan oleh Daniel Depoe pada tahun 1704. Bentuknya adalah antara majalah dan surat kabar, hanya halaman kecil, serta terbit tiga kali satu minggu. Defoe bertindak sebagai pemilik, penerbit, editor sekaligus sebagai penulisnya. Tulisannya mencakup berita, artikel, kebijakan nasional, aspek moral dan lain – lain. Tahun 1790, Richard Steele membuat majalah The tatler, kemudian bersama – sama dengan Joseph Addison ia menerbitkan The Spectator. Majalah tersebut berisi masalah politik, berita – berita internasional, tulisan yang mengandung unsur – unsur moral, berita – berita hiburan dan gosip.
2.      Di Amerika
Benjamin Franklin telah memelopori penerbitan majalah di Amerika tahun 1740, yakni General Magazine dan Historical Chronicle. Tahun 1820-an sampai 1840-an merupakan zamannya majalah. Majalah yang populer saat itu adalah Saturday Evening Post yang terbit tahun 1821, dan majalah lainnya North American Review.
Pada pertengahan abad 20 tidak ada majalah yang sesukses Reader’s Digest yang diterbitkan oleh suami istri Dewitt Wallace dan Lila, pada tahun 1922 ketika mereka masih berusia 20 tahun. Keberhasilan mereka mendorong anak pendeta lainnya untuk menerbitkan majalah.
3.      Di Indonesia
Sejarah keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai pada massa menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta pada tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama Panjta Raja pimpinan Markoem Djojohadisoeparto dengan prakata dari Ki Hajar Dewantoro selaku Menteri pendidikan pertama RI.
a.      Awal kemerdekaan.
Soemanang, SH. Yang menerbitkan majalah Revue Indonesia, dalam salah satu edisinya pernah mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar, yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. Semuanya terbit dengan satu tujuan, yakni menghancurkan sisa – sisa kekuasaan Belanda, mengobarkan semangat perlawanan rakyat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat.
b.      Zaman Orde Lama
Seperti halnya nasib surat kabar pada masa orde lama, nasib majalah pun tidak kalah tragisnya disaat Peperti (Penguasa Perang Tertinggi) mengeluarkan pedoman resmi untuk penerbit surat kabar dan majalah di Indonesia. Pedoman itu intinya adalah surat kabar dan majalah wajib menjadi pendukung, pembela dan alat penyebar “Manisfesto Politik” yang pada saat itu mrnjadi haluan negara dan program pemerintah. Namun pada massa ini perkembangan majalah tidak begitu baik, karena relatif sedikit majalah yang terbit. Sejarah mencatat majalah star weekly, serta majalah mingguan yang terbit di Bogor bernama “geledek”, namun hanya berumur beberapa bulan saja.
c.       Zaman Orde Baru
Awal orde baru (1966) banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenisnya, diantaranya adalah majalah Selecta pimpinan Sjamsudin Lubis, majalah sastra Horison pimpinan Mochtar Lubis, Panji Masyarakat dan majalah Kiblat yang semuanya terbit di Jakarta, serta majalah Adil yang terbit di Solo. Selanjutnya antara kurun waktu 1971 sampai 1980 majalah seperti jamur yang tumbuh di musim hujan. Hal ini sejalan dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang makin baik, serta tingkat pendidikan masyarakat yang makin maju.
b.      Kategorisasi Majalah
      Untuk anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa.
      Untuk pembaca umum dari remaja sampai dewasa (sasarannya juga bisa melalui profesi tertentu).
c.       Fungsi Majalah
      Majalah berita : media informasi, fungsi berikutnya adalah hiburan.
      Majalah wanita dewasa : menghibur.
      Majalah pertanian : pendidikan dan informasi.
d.      Karakteristik Majalah
      Penyajian lebih mendalam, karena para reporternya memiliki waktu cukup banyak untuk memahami suatu peristiwa.
      Nilai aktualitas lebih lama, karena dalam membaca majalah tidak pernah tuntas sekaligus.
      Gambar atau foto lebih banyak. Jumlah halaman majalah lebih banyak, karena isinya yang lebih mendalam dan menampilkan gambar atau foto yang lengkap, dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna, serta kualitas kertas yang digunakannya pun lebih baik.
      Cover sebagai daya tarik. Cover ibarat pakaian dan aksesoris pada manusia, biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik pula.

3.      RADIO SIARAN
Sebelum tahun 1950-an, ketika televisi menyedot banyak perhatian khalayak radio siaran, banyak orang memperkirakan bahwa radio siaran berada diambang kematian. Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Radio telah banyak mengatasi persaingan dengan berbagai media. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya (Dominick 2000:242). Keunggulan siaran radio adalah berada dimana saja: tempat tidur, dapur, di dalam mobil, di kantor dan berbagai tempat lainnya. Radio memiliki kemampuan kemampuan menjual pada khalayak bagi pengiklan yang produknya dirancang khusus untuk khalayak tertentu.
Di Amerika sedikitnya terdapat 10 ribu stasiun radio siaran. Stasiun tersebut beroperasi di kota- kota besar, kota- kota kecil, dan desa- desa yang melintasi negara. Di kota besar seperti New York dan Los Angeles mempunyai puluhan stasiun radio. Sedangkan di kota yang lebih lebih kecil hanya memiliki satu atau dua stasiun saja. Seperti Whitefish di Montana hanya memiliki dua stasiun radio siaran (catatan Agee, et al).
Jaringan radio siaran dirancang oleh dua atau lebih stasiun radio siaran yang membuat program secara simultan. Anggota stasiun radio siaran disebut affiliates (himpunan) yang dapat menata hubungan secara teknik dan bergabung atau berafiliasi dalam meramu program mereka. Jaringan adalah sumber program penting, setelah kemunculan radio siaran. Pertengahan tahun 1980-an jaringan radio siaran bangkit kembali. Sejumlah jaringan berkembang sampai sekitar 21 buah stasiun. Contoh, radio ABC memiliki tujuh jaringan yang berbeda, mulai dari jaringan ABC (khusus berita dan talk show) sampai ke jaringan ABC FM (khusus cerita dan hiburan).
Pengeluaran iklan pada jaringan radio siaran mencapai 320 juta dolar pada tahun 1984,meningkat dua kali lipat dari tahun 1980. Meskipun peningkatan ini mengesankan, radio masih media lokal. Dari 320 juta dolar belanja iklan hanya 5% sumbangsih radio siaran terhadap penghasilan pajak industri secara keseluruhan. Jaringan radio siaran menggunakan jaringan telepon, tetapi sekarang menggunakan jaringan maya (cyber). Semua program jaringan ditransmisikan oleh satelit. Adanya perubahan transmisi satelit ini telah membuka pintu- pintu sejumlah perusahaan sindikat radio siaran yang banyak memiliki jaringan, dan memasok program- program khusus kepada pelanggan mereka.
Radio lahir di Amerika Serikat dan  Inggris. Radio sebagai alat komunikasi, ditemukan setelah mesin cetak ditemukan. Donald McNicol dalam bukunya Radio Conquest of Space menyatakan bahwa “ terkalahkannya” ruang angkasa oleh radio siaran dimulai pada tahun 1802 oleh Dane dengan ditemukannya suatu pesan (message) dalam jarak pendek dengan menggunakan alat sederhana berupa kawat beraliran listrik.
Penemu kemajuan  radio siaran radio berikutnya adalah tiga orang cendekiawan muda, diantaranya James Maxwell berkebangsaan Inggris pada tahun 1865. Ia mendapat julukan Scientific father of wireless, karena berhasil menemukan rumus- rumus yang diduga mewujudkan gelombang elektromagnetis, yakni gelombang yang digunakan radio siaran dan televisi. Adanya gelombang elektromagnetis telah di buktikan oleh Heinrich Hertz dengan melalui eksperimennya pada tahun 1884. Radio siaran yang digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa yang selanjutnya disebut sebagai radio siaran (broadcasting) mula- mula diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915. Lee De Forest melalui radio siaran eksperimennya pada tahun 1916 telah menyiarkan kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat antara Wilson dan Hughes kepada masyarakat umum, sehingga disebut sebagai pelopor radio siaran. Dan dijuluki the father of radio siaran atau bapak radio siaran. Yang bereksperimen menyiarkan musik adalah Dr. Frank Conrad pada tahun 1919. Mulai tahun 1920 masayarakat Amerika Serikat telah dapat menikmati radio siaran secara teratur dengan berbagai programnya (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999)
a.      Radio siaran di Indonesia
Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman Orde Baru.
                      i.            Zaman Belanda
Radio siaran yang pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie- Hindia Belanda), ialah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta. Setelah BRV berdiri, secara serempak bediri pula badan- badan radio siaran lainnya. Di kota Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan yang terbesar dan terlengkap adalah NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij) di Jakarta, Bandung, dan Medan, karena mendapat bantuan dari pemerintah Hindia Belanda). Sebagai pelopor timbulnya radio siaran usaha bangsa Indonesia ialah Solosche Radio Vereniging (SRV) yang didirikan di kota Solo pada tanggal 1 April 1933 oleh Mangkunegoro VII dan Ir.  Sarsito Mangunkusumo.
                    ii.            Zaman Jepang
Ketika Belanda menyerah pada Jepang tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta, serta mempunyai cabang yang dinamakan Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Rakyat hanya boleh mendengarkan siaran dasri Hoso Kyoku saja. Namun demikian beberapa pemuda dengan resiko kehilangan jiwa, tetap mendengarkan siaran luar negeri secara sembunyi- sembunyi sehingga mereka dapat mengetahui bahwa tanggal 14 Agustus 1945 Jepang telah menyerah kepada sekutu.
                  iii.            Zaman kemerdekaan
Ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, tidak dapat disiarkan secara langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai oleh Jepang. Teks proklamasi baru dapat disiarkan melalui bahasa Indonesia dan Inggris pukul 19.00 WIB namun hanya dapat didengar oleh penduduk di sekitar Jakarta. Baru pada tanggal 18 Agustus 1945, naskah bersejarah itu dapat dikumandangkan ke luar batas tanah air dengan risiko petugasnya diberondong senjata serdadu Jepang. Tak lama kemudian dibuat pemancar gelap dan berhasil berkumandang di udara radio siaran dengan stasiun call “Radio Indonesia Merdeka”. Dari sinilah wakil presiden Mohammad Hatta dan pemimpin lainnya menyampaikan pidato melalui radio siaran yang ditujukan kepada rakyat Indonesia. Pada tanggal 11 September 1945 diperoleh kesepakatan dari hasil pertemuan antara pemimpin radio siaran untuk mendirikan sebuah organisasi siaran, kemudian tanggal itu dijadikan hari ulang tahun RRI (Effendy, 1990: 58-60).
                   iv.            Zaman Orde Baru
Sampai akhir tahun 1966 RRI adalah satu- satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi. Acara pendidikan yang berhasil adalah “Siaran Pedesaan” yang mulai diudarakan bulan September 1969 oleh stasiun RRI Regional. Stasiun RRI regional juga membantu menginformasikan program- program pemerintah. Sejalan dengan perkembangan sosial budaya dan teknologi, maka bermunculan radio amatir yang dikelola pemerintah. Untuk menertibkannya, pemerintah mengeluarkan peraturan Pemerintah No. 55 tahun 1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Pada tahun 1974 stasiun- stasiun radio siaran swasta niaga berhimpun dalam wadah yang dinamakan Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia, disingkat PRSSNI.

b.      Radio Siaran sebagai The Fifth Estate
Radio siaran mendapat julukan kekuatan kelima atau the fifth estate karena radio siaran juga bisa melakukan fungsi kontrol sosial seperti surat kabar , disamping empat fungsi lainnya yakni memberi informasi, menghibur, mendidik dan melakukan persuasi. Faktor-faktor yang memengaruhi kekuatan radio siaran tersebut adalah :
1.      Daya Langsung
Daya Langsung radio berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada pendengarnya yang relatif cepat. Suatu pesan yang disampaiakan melalui surat abar akan membutuhkan proses penyusunan dan penyebaran yang kompleks dan membutuhkan waktu relatif lama. Pemberitaan dengan surat kabar harus disusun secara panjang, diset, dikoreksi, dicetak, diangkut kepada para agen, dan dari agen disebarkan pada para pelanggan. Sedangkan dalam radio siaran, berita yang sudah dikoreksi dan sudah dicek kebenarannya dapat langsung dibacakan, bahkan radio siaran dapat menyiarkan suatu peristiwa yang tengah berlangsung melalui siaran reportase atau siaran pandangan mata. Dapat dikatakan bahwa radio siaran seharusnya lebih aktual ketimbang surat kabar, sekalipun surat kabar saat ini sudah megalamai kemajuan dengan ditemukannya CJJ (Cetak Jarak Jauh), yakni suatu surat kabar yang sama dapat terbit dan tercetak sekaligus di beberpa kota dengan isi pesan yang sama pula.
2.      Daya Tembus
Kekuatan lain dari radio siaran , ialah daya tembus. Dengan mudah kita meindahkan channel dari stasiun radio satu kepada stasiun radio siaran lainnya, padahal jarak Indoensia dengan inggris maupun Australia sangat jauh dan dipisahkan oleh luasnya laug dan tingginya gunung. Dengan demikian radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan. Kekuatan daya tembus inilah yang menyebabkan radio siaran memiliki peran penting bagi radio siaran memiliki peran penting bagi rakyat Indonesia yang tersebar di berbagai ribuan pulau.
3.      Daya Tarik
Faktor ketiga yang menyebabkan radio siaran mempunyai kekuasaan adalah daya tarik. Daya tarik ini disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yakni musik, kata-kata dan efek suara (sound effect). Tulang punggung radio siaran adalah musik. Oleh karenanyam hampir setiap acara radio siaran dikemas dalam bentuk hiburan, setidaknya acara siaran kata pun diselingi oleh musik atau efek suara.

c.    Karakteristik Radio Siaran
Setiap media massa, memiliki cirri-cirinya masing-masing. Pesan yang disusun untuk surat kabar tentu akan sulit dimengerti jika disampaikan melalui radio siaran. Untuk radio siaran terdapat cara tersendiri, yaitu apa yang disebut radio siaran style. Gaya radio siaran ini disebabkan oleh sifat radio siaran yang mencakup,
1.      Imajinatif
Karena hanya indra pendengaran , dan pesanya pun selintas, maka radio siaran dapat mengajak komunikatornya berimajinasi.
2.      Auditori
Sifat auditori sebagai konsekuensi dari radio siaran untuk didengar. Karena kemampuan mendengar manusia itu terbatas, maka pesan komunikasi melalui  radio siaran diterima dengan selintas. Pendengar tidak dapt mendengar kembali (rehearing) informasi yang tidak jelas diterimanya, karena ia tidak bisa meminta kepada komunikator atau penyiar untuk mengulang informasi yang hilang tersebut, kecuali ia merekamnya. Maka, pesan radio siaran harus disusun secara singkat dan jelas (concise and clear).
3.      Akrab
Pada umunya kita mendengarkan radio siaran sambil mengerjakan pekerjaan lain, misalnya sambil mengendarai mobil, menulis, makan, dan lain-lain. Seorang penyiar radio siaran seolah-olah berada di kamar pendengar, menemani pendengar dalam beraktivitas dimana saja pendengar berada. Maka, acara-acara yang disampai kan mulai dari yang informative sampai acara-acara hiburan yang menggembirakan.
4.      Gaya percakapan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa radio siaran bersifat akrab, dan menemani pendengar dalam beraktivitas. Oleh karena itu, pesan dari radio siaran biasanya bersifat pribadi (sekalipun sebuah radio siaran itu sesungguhnya didengarkan oleh khalayak luas). Dengan demikian , materi siaran kata radio siaran bergaya percakapan (conversational style). Karakteristik radio siaran tersebut diatas perlu dipahami komunikator agar dalam menyusun dan menyampaikan pesan dan menggunakan media radio siaran, komunikator dapat melakukan penyesuaian sehingga komunikasi mencapai sasaran.

4.      TELEVISI
Dari semua media komunikasi yang ada, televisi adalah yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia.  Televisi merupakan media yang paling banyak digunakan oleh segala kalangan. Perkembangan televisi juga cukup pesat, mulai dari perkembangan saluran, program acara, bahkan dari televisinya sendiri. Terkait sistem penyampaian program misalnya, terdapat sedikitnya lima metode penyampaian program televisi, yaitu :
·         Over-the-air reception of network and local station program
Kualitas gambarnya masih kuno dibandingkan dengan HDTV (High Definition Television)
·         Cable
Program Disampaikan melalui satelit ke sistem kabel di bawah tanah, kemudian didistibusikanke rumah-rumah dengan kabel dibawah tanah atau dengan tambahan kabel, sistem cable standard dilakukan pada tahun 1990-an.
·         Digital Cable
Ini bagian dari information super highway. Sistem kabel lokal dan telepon untuk pelanggan dalam jumlah besar, dahulu menggunakan kabel kuno sekarang diganti dengan kabel serat optik yang ditanam dibawah tanah tetapi memiliki kapasitas lebih tinggi. Kabel serat optik ini dapat memuat 500 lebih saluran. Sistem ini memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah. Instalasi kabel serat optik, tetapi memerlukan peralatan khusus dalam penerimaan program
·         Wireless Cable
Sejumlah sistem kabel menyampaikan program bagi pelanggan yang menggunakan transmisi microwave(gelombang pendek) meskipun kabel ini di bawah tanah. Metode ini mengurangi biaya instalasi serat optik, tetapi memerlukan peralatan khusus dalam penerimaan program.
·         Direct Broadcast Satellite(DBS)
Program-progam ditransmisikan oleh satelit langsung dengan menggunakan piringan yang berdiameter 18 inci ditaruh di atap rumah atau di indonesia dikenal istilah antena parabola. Metode ini merupakan terobosan dalam sistem televisi kabel, yang dimulai di Amerika Serikat sejak tahun 1994.
a.      Sejarah singkat televisi
Sebagaimana radio siaran, penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan akhir abad 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi, pada tahun 1890. Paul Nipkow dan Willian Jenkins melalui ekperimennya menemukan metode pengiriman gambar melalui kabel. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1928 General Electronic Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939 Presiden Franklin D. Roosevelt tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika dimulai pada 1 September 1940.
b.      Siaran Televisi di Indonesia
Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia pertama kali adalah pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. TVRI(Televisi Republik Indonesia) mulai digunakan menjadi panggilan stasiun(station call) sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari.
Kemudian karena kepentingan pemerintah dan keinginan dari rakyat Indonesia agar siaran televisi dapat dinikmati di seluruh wilayah, pada tanggal 16 Agustus 1976, Presiden Soeharto meresmikan penggunaan satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran televisi. Dalam perkembangannya, satelit Palapa dalam perkembangannya telah diganti dan diperbaharui beberapa kali. Hingga sampai sekarang dimana sudah ada saluran-saluran swasta yang baru.
c.       Fungsi televisi
Fungsi televisi tidak berbeda dari media massa lainnya, yaitu memberi informasi, mendidik, mempersuasi dan nemberi hiburan. Akan tetapi fungsi menghibur pada televisi lebih dominan pada memberikan hiburan. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi UNPAD menunjukkan bahwa masyarakat lebih mencari aspek hiburan didalam televisi daripada untuk memperoleh informasi.
d. Karakteristik Televisi
1. Audiovisual
Artinya televisi dapat didengar sekaligus dilihat karena kita tidak hanya mendengar kata-kata, music dan efek suara tapi juga melihat gambar bergerak. Suara dan gambar harus ada kesesuaian. Jika tidak maka akan menimbulkan kejengkelan penonton. Contohnya dalam acara musik kita sering melihat ketidakharmonisan antara gerakan bibir dan mulut penyanyi dengan bunyi kata-kata dalam lagu (acara rekaman).
Penayangan film berita dalam siaran berita, selain untuk memanfaatkan karakteristik televisi, juga agar penonton memperoleh gambaran yang lengkap tentang berita yang disiarkan serta mempunyai keyakinan akan kebenaran berita.
2. Berpikir dalam Gambar
Ada dua tahap, yaitu visualisasi dan penggambaran. Visualisasi (visualization) adalah menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses ini, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga menjadi suatu makna. Contohnya dalam naskah disebutkan : “seorang gadis yang dilanda duka sedang duduk termenung” , maka visualisasinya adalah gadis dengan wajah sedih duduk di kursi dan tangannya menopang dagu.
Tahap penggambaran (pictuarization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. Dapat dilihat dari gerakan=gerakan kamera seperti dari jarak dekat (close shot), gambar sangat besar (big close-up), menyamping (panning), dari atas ke bawah atau sebaliknya (tilting), dan sebagainya.
3. Pengoperasian Lebih Kompleks
Pengoperasian televisi lebih banyak melibatkan orang (crew), peralatan yang digunakan lebih banyak dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Karenanya media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran.
e. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan
1. Pemirsa
Komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa maupun orang-orang. Kebiasaan dan minat tiap kelompok pemirsa berkaitan dengan materi pesan dan jam penayangan dan bias diketahui melalui melalui hasil survei. Jadi, setiap acara yang ditayangkan benar-benar berdasarkan kebutuhan pemirsa, bukan acara yang dijejalkan begitu saja.
2. Waktu
Agar setiap acara ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran atau khalayak yang dituju. Misalnya antara pukul 19.30 sampai 21.00 WIB dianggap sebagai waktu utama (prime time) karena pada waktu itulah seluruh anggota keluarga berkumpul dan punya waktu untuk menonton televisi. Karenanya pada acara tersebut dipenuhi oleh iklan.
3. Durasi
Yaitu jumlah menit dalam setiap penanyangan acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan skrip atau naskah, yang paling penting bahwa dengan durasi tertentu, tujuan acara tercapai.
4. Metode Penyajian
Agar fungsi mendidik dan membujuk tetap ada dan tetap diminati pemirsa maka pesan dikemas sedemikian rupa sehingga pesan nonhiburan dapat mengundang unsure hiburan. Atau pesan nonhiburan ditempelkan pada acara hiburan misalnya dalam wayang orang.

5.      FILM
Film atau gambar bergerak adalah bentuk dominan dari komunikasi massa. Film biasanya ditayangkan secara premier di bioskop-bioskop dan televisi. Film di dunia didominasi oleh produsen film Amerika Serikat yang berpusat di Hollywood.  Film yang dibuat disini membanjiri pasar global, mempengaruhi sikap dan perilaku, serta harapan orang-orang di seluruh belahan dunia. Film mulai dikenal publik Amerika Serikat pada dekade 1920-an sampai 1950-an. Saat itu Film lebih dahulu dikenal dibandingkan radio dan televisi sebagai media hiburan favorit.  Industri film merupakan industri bisnis. Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang dibuat secara kreatif dan mewujudkan imajinasi orang-orang yang bertujuan mendapatkan estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun demikian, industri film tidak hanya mengejar keuntungan semata, terkadang mereka juga menomorsatukan kualitas isi film.
a.      Sejarah Film
1.      Film adalah pengembangan dari prinsip-prinsip fotografi dan proyektor.
2.      Film yang pertama kali diproduksi Amerika adalah  The Life of an American Fireman dan The Great Train Robbery (1903) yang durasinya hanya sekitar 10-11 menit.
3.      Tahun 1906 sampai dengan 1916 lahir film feature, bintang film dan pusat perfilman Hollywood. Pada masa ini dikenal sebagai The Age of Grifith karena di periode itu David Wark Grifith membuat fim sebagai media yang dinamis. Diawali dengan film The Adventure of Dolly (1908) dan puncaknya yakni The Birth of a Nation (1915) dan Intolerence (1916) , Grifith menemukan terobosan baru dalam seni acting yang alamiah dan pengorganisasian elemen-elemen film yang baik.
4.      Pada periode yang sama, Mack Sennett dengan Keystone Company yang memproduksi film komedi bisu Charlie Chaplin.
5.      Pada tahun 1927, di Broadway Amerika Serikat muncul film dengan suara yang pertama meski belum sempurna.
b.       Perfilman Indonesia
               i.     Film yang pertama kali diproduksi adalah film Lady van Java yang dibuat di Bandung oleh sineas David pada tahun 1926.
             ii.     Tahun 1927/1928 Krueger Coorporation menggarap film Eulis Atjih dan sampai tahun 1930 muncul film-film seperti Lutung Kasarung, Si Conat dan Pareh. Film-film tersebut adalah film bisu yang diproduksi oleh orang-orang Belanda dan Tionghoa.
           iii.     Film bersuara nasional pertama adalah film Terang Bulan yang dibintangi oleh Roekiah dan R. Mochtar dari naskah penulis Indonesia, Saerun.
           iv.     Saat perang Asia Timur Raya tahun 1941, perfilman tanah air  berpindah dari tangan orang Belanda dan Tionghoa ke tangan Jepang. Salah satunya adalah rumah produksi NV. Multi Film yang menjadi Nippon Eiga Sha yang membuat film feature dan film dokumenter. Setelah Indonesia merdeka, tanggal 6 Oktober 1945 Nippon Eiga Sha diserahkan kepada Indonesia. Serah terima diwakili oleh R.M. Soetarto dan Ishimoto.
             v.     Mulai tanggal 6 Oktober 1945, lahirlah Berita Film Indonesia (BFI) bersamaan dengan pindahnya RI dari Yogyakarta.
           vi.     BFI bergabung dengan Perusahaan Film Negara yang pada akhirnya menjadi Perusahaan Film Nasional.
c.       Fungsi Film
Tujuan utama atau khalayak film adalah yang ingin mendapat hiburan. Dalam film terkandung fungsi informatif dan edukatif  bahkan persuasif. Sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1970, bahwa selain media hiburan, film juga berfungsi sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation character building. Fungsi edukasi film dapat tercapai jika film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film documenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.
d.      Karakteristik Film
Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis.
©      Layar Lebar/ Luas
Film, identik dengan istilah layar lebar. Ya memang layar yang digunakan pemutaran film berukuran besar dan luas. Penggunaan layar lebar ini biasanya dipakai di bioskop-bioskop atau layar tancap keliling. Bahkan saat ini sudah ada jenis layar yang memiliki kemampuan tiga dimensi
©      Pengambilan Gambar
Konsekuensi dari penggunaan layar yang lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film memungkinkan jarak jauh atau extreme long shot dan panoramic shot, yakni pengambilan gambar menyeluruh. Shot tersebut digunakan untuk memberi kesan artistic dan suasana yang natural. Disamping itu, panoramic shot dapat membuat penonton mendapat gambaran yang cukup tentang lokasi film.
©      Konsentrasi Penuh
Dari pengalaman kita masing-masing; di saat kita menonton film di bioskop, bila tempat duduk sudah penuh terisi atau waktu tayang sudah tiba, pintu ditutup, lampu dimatikan, kemudian nampak di depan kita layar luas dengan gambar yang bercerita tentang film tersebut.
Kita semua terbebas dari gangguan hiruk pikuknya suara di luar. Semua mata hanya tertuju pada layar, sementara pikiran perasaan kita tertuju pada alur cerita. Dalam keadaan demikian, emosi kita juga terbawa suasana (misal: tertawa terbahak-bahak ketika ada adegan lucu, menangis apabila ada adegan menyedihkan, dll).
Bandingkan sekarang bila kita menonton TV di rumah, dengan lampu yang tidak dimatikan, ada orang hilir mudik serta adanya gangguan-gangguan lainnya. Tentu hal tersebut akan berbeda bukan?.
©      Identifikasi Psikologi
Tentu kita merasakan bahwa suasana di dalam gedung bioskop membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita. Karena penghayatan kita yang mendalam, seringkali secara tidak sadar kita mengidentifikasikan diri kita dengan salah satu pemeran dalam film, sehingga seola-olah kita sedang berperan. Gejala inilah yang menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai identifikasi psikologis. (Effendy, 1981:192)
Pengaruh film terhadap jiwa penonton tidak hanya selama duduk di bioskop, tetapi akan berlangsung cukup lama; misalnya peniruan model berpakaian dan gaya rambut (disebut dengan imitasi). Kategori yang mudah terpengaruh biasanya anak-anak dan anak muda, meski terkadang orang dewasa juga ada.
Tetapi bila cara hidup yang tidak sesuai dengan norma bangsa kita juga ditiru, bagaimana?. Bila anak muda hidup bersama tanpa ada ikatan pernikahan misalnya, seolah perbuatan itu wajar dan layak dicontoh. Bagaimana bila film sejenis ini mempunyai intensitas yang sering diputar?. Efek seperti inilah yang harus dihindari, dan ini tentu menjadi tugas dari lembaga penyiaran dan badan film lainnya.

e.       Jenis-Jenis Film
Sebagai seorang komunikator adalah penting untuk mengetahui jenis film supaya dapat memanfaatkan film tersebut sesuai dengan karakteristiknya. Berikut adalah karakteristiknya:
Þ    Film Cerita (Story Film)
Jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertontonkan di bioskop dengan bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat bisa berupa cerita fiktif atau berdasar kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik jalan cerita atau segi artistiknya. Sejarah dapat diangkat sebagai film juga sekaligus teladan perjuangan para pahlawan kita serta menumbuhkan motivasi. Contoh: G.30 S PKI.
Þ    Film Berita (newsreel)
Film mengenai fakta / peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita,maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news value). Kriteria berita itu penting dan menarik. Film ini misalnya adalah ada suatu peristiwa tertentu yang terekam secara utuh kemudian narator membacakan narasinya mengenai hal yang berkaitan dengan film tersebut.
Þ    Film Dokumenter
Robert Flaherty mendefinisikannya sebagai :
“Karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality)”
Film dokumenter merupakan hasil interpretasi pembuatnya mengenai kenyataan yang diangkatnya tersebut. Film dokumenter ini akan melalui sedikit rekayasa agar dapat menghasilkan kualitas film dengan gambar yang bagus. Contoh film dokumenter: upacara “Ngaben” di Bali, upacara kematian orang Toraja, dll. Biografi seseorang juga bisa diangkat di dalam film dokumenter.
Þ    Film Kartun
Film ini dibuat untuk dikonsumsi anak-anak. Contoh: Sinchan, Mickey Mouse, dll.
Sebagian film kartun akan membuat kita tertawa, tetapi ada pula yang membuat iba karena alur ceritanya. Selain menghibur, film kartun ini juga mengandung unsur pendidikan dan nilai kehidupan. Misal: Tokoh yang jahat akan kalah,dll.

6.      KOMPUTER DAN INTERNET
Lebih dari 5 orang dewasa Amerika menggunakan internet di rumah, kantor, dan sekolah, diatas 10% diantaranya menggunakannya setiap hari. Berkirim email merupakan aktivitas mereka dalam jaringan internet. Situs-situs juga menjadikan sumber informasi sebagai hiburan dan informasi perjalanan wisata. Pengguna internet menggantungkan diri pada situs-situs untuk memperoleh berita. Dua sampai tiga pengguna internet mengakses situs untuk mendapatkan berita terbaru setiap minggunya (Straubhar dan LaRose, 2000:267).
Industri media komputer memiliki beberapa bidang utama, seperti pabrik hardware dan software. Sementara dikenal juga istilah content provider, yang merupakan pengembang isi dan database yang didistribusikan melalui jaringan komputer. Adapun salah satu bagian perangkat lunak yang penting, yaitu Internet Service Provider (ISP), yaitu perusahaan yang menjual akses ke internet.
Bisnis perangkat keras komputer terbagi ke dalam empat bidang umum. Yang pertama adalah the computer, yang terdiri dari super-computer, mainframe, mini computer, workstation, dan personal computer. Kemudian yang kedua adalah storage device, seperti disk drive. Lalu ada pula peripheral, seperti printer dan modem. Kemudian komponen atau computer material, misalnya perangkat untuk merakit komputer.
Sementara industri perangkat lunak terbagi ke dalam tiga bidang utama. Yang pertama adalah perusahaan yang menjual prepackaged software, yang merancang sistem komputer terpadu untuk penggunaan lebih luas dan otomatis. Bidang kedua adalah pabrik yang menyediakan prepacked software, yang menyediakan aplikasi-aplikasi program populer seperti microsoft office, electronic spreadsheet, juga games. Yang terakhir adalah software industry, yang digunakan untuk membuat gambar bergerak, baik animasi maupun film.
Adapun content provider adalah perusahaan yang menciptakan isi yang dapat dilihat pada layar komputer. Sejumlah content provider merupakan perkembangan dari pembuatan software. Misalnya Microsoft yang memiliki majalah online, Slate. Perusahaan computer games merupakan perpaduan antara software dan content provider. Content provider yang sudah dikenal sebagai perusahaan media massa papan atas adalah New York Times, jaringan televisi ESPN, dan masih banyak lagi, mereka berperan sebagai content provider untuk penyebaran informasi media massa melalui dunia maya.
Internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia (Laquey, 1997). Tujuannya adalah menyediakan sarana bagi para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah sumber daya. Namun, saat ini internet telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif, sehingga telah menyimpang jauh dari misi awalnya. Dewasa ini, internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tidak dapat diabaikan.
Pengguna internet berasal dari berbagai kalangan, pengelola media massa, artis, guru, dosen, pustakawan, penggemar komputer, pengusaha, pelajar, dan masih banyak lagi pengguna di usia belia. Motif penggunaannya juga sangat beragam. Mulai dari sekedar berkomunikasi, mengerjakan tugas, hingga mengakses data dan informasi penting. Nilai yang ditawarkan internet dapat dianalogikan sebagai sebuah sistem jalan raya dengan transportasi berkecepatan tinggi yang memperpendek perjalanan. Atau diibaratkan sebuah perpustakaan yang dapat dikunjungi setiap saat dengan buku-buku yang lengkap, sumber informasi, dan kemungkinan penelusuran informasi yang tidak terbatas. Juga sebagai sebuah jamuan pesta semalam suntuk dengan penerima tamu ramah yang siap menyambut kehadiran tamu undangan setiap saat.
Internet tercipta oleh suatu ledakan tak terduga di tahun 1969, yaitu lahirnya Arpanet, proyek eksperimen Kementerian Pertahanan Amerika Serikat bernama DARPA (Departement of Defense Advanced Research Project Agency). Misi awalnya mencoba menggali teknologi jaringan yang dapat menghubungkan para penliti dengan berbagai sumber daya jauh, seperti sistem komputer dan database yang besar. 25 tahun berlalu, sistem ini berevolusi menjadi suatu “organisme” yang semakin luas perkembangannya, yang mencakup jutaan orang dan ribuan jaringan.
Internet dihuni oleh jutaan orang non-teknik yang menggunakannya setiap hari untuk berkomunikasi dan mencari informasi. Pertumbuhan internet ini perlu dipahami, di satu sisi internet dapat dipahami sebagai perangkat untuk mengirim dan menerima pesan seperti faksimili. Dimana perkembangannya dulu juga tidak dibangun dalam waktu semalam. Perangkat itu berkembang ketika kalangan bisnis mulai menyadari manfaatnya. Lama-kelamaan kehadiran perangkat ini semakin lumrah, perangkatnya pun semakin mudah di dapat, begitu pula komputer.
Internet memang merupakan jaringan komputer terbesar di dunia. Dari segi jumlah jaringan, pengguna, sumber daya yang tersambungkan, internet terus tumbuh menjadi semakin besar, dan semakin “bernilai”. Sebuah gerbang email adalah suatu jalur hubungan khusus yang hanya memungkinkan pengiriman surat elektronik antara dua atau lebih jaringan. Sebagian besar komputer dan jaringan yang tersambungkan ke internet masih berkaitan dengan masyarakat pendidikan dan penelitian. Kenyataan ini bukan suatu hal yang mengejutkan, karena internet memang lahir dari benih penelitian. Namun semakin banyak universitas kini bekerja sama dengan kalangan bisnis untuk mengembangkan berbagai katalog dan arsip online.
Banyak kalangan bisnis menyadari bahwa dengan menghubungkan perusahaan mereka kedalam jaringan internet, mereka memperoleh akses seketika kepada para pelanggan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa layanan online pada umumnya menciptakan suatu industri bernilai milyaran dolar, dengan perkiraan pertumbuhan 25% per tahun. Jadi, masuk akal bila saat ini penyedia layanan informasi bermigrasi ke internet. Pertumbuhan sumberdaya yang dapat diakses melalui internet sangatlah menakjubkan. Menurut LaQuey, yang membedakan internet dengan teknologi tradisional adalah tingkat interaksi dan kecepatan yang dapat dinikmati pengguna untuk menyiarkan pesannya. Tak ada media yang memberi setiap penggunanya kemampuan untuk berkomunikasi secara seketika dengan ribuan, atau bahkan jutaan orang.
Internet adalah perkakas sempurna untuk menyiagakan dan mengumpulkan sejumlah besar orang secara elektronis. Internet juga menyediakan sejumlah informasi yang jumlahnya terus meningkat. Informasi ini mencakup berbagai arsip gratis dan arsip umum, catalog perpustakaan, layanan pemerintah, dan berbagai pangkalan-data komersial. Semua piranti digital memberi anda kemampuan untuk menerabas jalan kita menuju sebuah sumber. Maksud dari hal itu adalah kita tidak perlu lagi mendengarkan siaran radio 24 jam melalui siaran radio ataupun siaran TV dan menunggu berita prakiaraan cuaca, karena kita hanya perlu mencari semua informasi itu di internet, dan kita akan mengetahui semua berita yang ada kapan saja.
Internet merupakan alat yang unggul dalam menghimpun berbagai orang karena faktor geografis tidak lagi menjadi hambatan. Karena hal itu, maka intrnet menyababkan banyaknya terbentuk perkumpulan antara berbagai orang dan kelompok; jenis interaksi pada skala besar ini merupakan hal yang tidak mungkin tanpa adanya jaringan komputer.
Menurut Reddick dan King (1996), informasi yang menarik, tepat waktu dan cermat sangat penting untuk jurnalisme yang baik. Maka dari itu, selama bertahun-tahun di Amerika Serikat, Gedung Putih merupakan sumber berita yang paling bergengsi di kalangan wartawan. Pada tahun 1990-an Theodore Roosevelt merintis pertemuan resmi yang diadakan secara teratur dengan para wartawan .langkah inipun kemudian memberikan status tertentu pada kalangan wartawan yang terlibat.
Namun keadaan ini terus berubah dengan perkembangan data (database ), bulletin boards, dan internet. Setelah adanya berbagai hal tersebut yang muncul dengan seiring perkembangan zaman, maka sekarang wartawan akan memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh informasi.
Informasi dari Gedung Putih tadi hanyalah salah satu contoh saja dari peluang yang makin besar bagi wartawan untuk mendapatkan informasi. Sebagai contohnya saja wartawan ekonomi sekarang dapat memperoleh informasi dari Securities and Exchange Commision (Pasar Saham dan Bursa Efek) melalui jaringan komputer. Wartawan ilmu pengetahuan dapat memperoleh informasi melalui National of Health, National Science Foundation dan National Library of Medicine. Lalu ada wartawan hukum yang dapat memperoleh laporan sidang dan juga putusan pengadilan dari internet.
Sebenarnya internet sama halnya dengan telepon, yang memungkinkan wartawan mewawancarai orang dimanapun berada, jaringan internet memungkinkan wartawan mewawancarai orang dimanapun berada dan mendapatkan informasi dari berbagai sumber.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kutipan Langsung dan Tidak Langsung, dan Innote

KESANTUNAN DALAM BAHASA INDONESIA

Soal dan Jawaban MODEL KOMUNIKASI MASSA