Metode Inquiry
Metode inquiry yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi
belajar dan sikap anak terhadap Sains dan Matematika (Haury, 1993). Dalam
makalahnya Haury menyatakan bahwa metode inquiry membantu perkembangan antara
lain scientific literacy dan pemahaman
proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir
kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inquiry tidak
saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam Sains saja,
melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.
Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah
pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak
belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa
benar-benar ditempatkan sebagai subjek
yang belajar. Peranan guru dalam
pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.
Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk
dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih
oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa
dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan,
tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus
dikurangi (Sagala, 2004).
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran
inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun
dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu (Garton,
2005) :
Question. Pembelajaran biasanya
dimulai dengan sebuah pertanyaan
pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan
suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang
dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh
siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang
harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini – sesuai dengan
Taxonomy Bloom – siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti
evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat
ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau
dikonstruksi.
Student Engangement. Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa
merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator.
Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau
menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat
dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap
konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau
dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini,
siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru
dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.
Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan,
biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan
pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini
dapat berupa slide presentasi, grafik,
poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru
melakukan evaluasi.
Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan
bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku
teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain
sebagainya.
Metode inquiry adalah metode yang
menempatkan siswa sebagai subyek
belajar yang aktif dan mampu mengarahkannya untuk menyadari apa yang telah
didapatkan selama belajar (Mulyasa, 2003).
Menurut Suryosubroto (2002) metode inquiry merupakan perluasan dari proses discovery yang digunakan secara lebih
mendalam. Ini berarti inqury mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi,
misalnya merumuskan masalah, merancang
eksperimen dan melaksanakan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data,
menarik kesimpulan, dan sebagainya.
Menurut Roestiyah (2001) metode inquiry adalah teknik atau cara yang
digunakan guru untuk mengajar, dimana guru membimbing siswa
yang ditugaskan untuk meneliti suatu masalah dengan petunjuk dan langkah
kegiatan yang jelas. langkah kegiatan tersebut antara lain membagi siswa
menjadi beberapa kelompok; masing-masing kelompok mendapat tugas; siswa
mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya; mendiskusikan hasil kerja di
dalam kelompok; menyusun laporan; hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno
(menjadi diskusi kelas); merumuskan kesimpulan; dan melaksanakan tindak lanjut.
Langkah dan strategi metode inquiry menurut (Mulyasa, 2005):
a.
Langkah-langkah dalam proses inquiry:
·
Menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu.
·
Mempradugakan suatu jawaban.
·
Menarik kesimpulan.
·
Membuat keputusan yang valid.
·
Menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti.
·
Menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru.
b. Strategi pelaksanaan inquiry:
·
Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi
yang akan diajarkan.
·
Memberikan tugas kepada siswa untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya
bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa.
·
Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin
membingungkan siswa.
·
Resitasi (hafalan) untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari
sebelumnya
·
Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Keunggulan metode inquiry:
·
Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa.
·
Meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep dasar ide-ide dengan lebih
baik.
·
Memaksimalkan ingatan siswa pada situasi belajar yang baru.
·
Mendorong siswa agar berfikir dan bekerja secara mandiri, jujur,
obyektif, terbuka dalam merumuskan hipotesanya.
·
Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
·
Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
·
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi
informasi.
Kelemahan metode inquiry:
·
Selalu didominasi siswa yang lebih pintar.
·
Tidak sesuai untuk kelas yang jumlah siswanya banyak.
·
Memerlukan waktu yang relatif banyak (lama).
·
Perlu persiapan yang benar-benar matang (siswa-guru).
Comments
Post a Comment