Proposal DAMPAK TELEVISI TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK
DAMPAK TELEVISI
TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK
UAS
Pengantar Filsafat Ilmu
Di
susun Oleh :
Mar’atul
Hanifah
(14030111130040)
PROGRAM STUDI S-I ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK (FISIP)
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2012
A. LATAR BELAKANG
Dampak dari kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat dapat dirasakan saat ini,
faktanya hampir setiap tahun selalu ada penemuan-penemuan baru di bidang
teknologi informasi. Namun tak hanya orang-orang usia remaja dan dewasa yang merasakan
teknologi tersebut, namun juga anak-anak. Masa anak-anak adalah masa dimana
bimbingan orang tua sangat diperlukan. Anak tak mungkin berkembang dengan baik,
serta menciptakan konsep diri yang baik jika mereka mencari konsep diri mereka
sendiri tanpa bantuan orang tua. Karena pembentukan konsep diri seseorang dapat
terlihat sejak kecil. Maka orang tua harus memantau kegiatan sang anak.
Terutama kegiatan menonton televisi yang belum bisa mengalahkan
teknologi-teknologi terbaru.
Anak-anak melakukan sesuatu
sesuai apa yang mereka lihat dan dengarkan, bukan apa yang baik untuk mereka,
karena anak-anak masih belum mampu membedakan mana yang baik, dan mana yang
buruk. Oleh karena itu, orang tua harus dapat membatasi apa yang dilihat dan
didengar melalui televisi. Televisi dengan berbagai acara yang
ditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya dan membuat pemirsanya
ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan bahkan,
termasuk anak-anak sekalipun. Televisi sudah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari aktivitas kesehariannya sebagai agenda wajib.
Dengan berbagai acara
yang ditayangkan, mulai dari sinetron, kartun, film, infotainment, iklan, dan
sebagainya itu membuat banyak anak-anak yang lebih suka berlama-lama di depan
televisi daripada membaca yang justru dapat meningkatkan daya imajinasi mereka.
Bahkan banyak anak yang lupa untuk makan karena televisi. Ini merupakan suatu
masalah yang terjadi saat ini, karena seharusnya anak lebih banyak mencari
informasi melalui buku daripada televisi. Maka, setiap orang tua perlu
memperhatikan secara khusus tayangan bagi anaknya, karena tayangan dalam
televisi tidak terlepas dari adegan-adegan kekerasan yang dapat dengan mudah
ditiru oleh anak.
Sebagian besar tayangan televisi adalah sinetron dimana
terkandung begitu banyak adegan-adegan kekerasan baik fisik maupun
mental, bahkan pada sebuah penelitian dikatakan selama masa sekolah,
anak-anak menyaksikan 87.000 tindakan kekerasan dalam televisi. Dengan demikian
terutama bagi anak-anak yang pada umumnya selalu meniru apa yang mereka
lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tersebut akan
mengikuti acara televisi yang ia tonton. Seperti
kasus bunuh diri seorang fans Limbad, Heri Setiawan
(12) karena melihat tayangan Master Limbad. Ia Ditemukan Tergantung di ranjang
tingkat. Limbad
dituduh menjadi penyebab kematian penggemarnya itu. Namun menurutnya,
dalam hal ini yang patut disalahkan adalah orang tua. Karena anak terlalu
diberi kebebasan dalam memilih tayangan televisi.
Terbukti
bahwa anak akan meniru dan merasakan apa yang ia lihat dalam tayangan
televisi. Seperti contoh kasus yang pernah terjadi ketika maraknya
tayangan “Smack Down” di salah satu televisi swasta. Sebanyak 32 anak jadi
korban karena meniru adegan itu. Karena anak berpikir seolah-olah adegan itu
patut dilakukan. Disinilah peran orangtua sebagai pembimbing sangat dibutuhkan,
menurut Limbad, kasus ini hanya kesalahan orangtua yang bersangkutan yang tidak
bisa menjaga anaknya. Orangtua itu juga tidak bisa memperingati anaknya
soal permainan yang dimainkan oleh anaknya sendiri. Akhirnya karena tidak
adanya pengawasan orangtua maka terjadilah kejadian seperti itu.
B. PERMASALAHAN
1. Apa sajakah fungsi televisi serta
tayangan yang disajikannya ?
2. Dampak positif apa yang akan terjadi
pada anak melalui tayangan-tayangan televisi ?
3. Dampak negatif apa yang akan terjadi
pada anak melalui tayangan-tayangan televisi ?
4. Apa yang dapat dilakukan orang tua
dalam mengawasi anak menonton televisi ?
C. PEMBAHASAN
1.
Fungsi dan Macam Tayangan Televisi
Setiap orang dimanapun juga, ingin mengetahui apa yang terjadi, baik di
dalam negeri maupun di luar negeri dalam waktu yang secepat-cepatnya. Hal ini
bisa dipenuhi oleh radio atau televisi. Termasuk bagi anak-anak yang lebih suka
menghabiskan waktu di rumah tanpa bermain bersama teman-temannya. Sesuai dengan undang-undang penyiaran
nomor 24 tahun 1997, BAB II pasal 54 yang berbunyi
“Penyiaran
mempunyai fungsi sebagai media informasi dan penerangan, pendidikan dan
hiburan, yang memperkuat ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta
pertahanan dan keamanan.” Televisi adalah siaran untuk umum yang menyiarkan programnya secara
universal, tetapi fungsi utamanya adalah tetap hiburan, meskipun ada
program-program yang mengandung segiinformasi dan pendidikan, program tersebut
hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi kebutuhan alamiyah manusia.
Dengan
segala potensi yang dimilikinya itu, televisi telah mendatangkan banyak
perdebatan yang tidak kunjung berakhir. Bagi orang dewasa, mungkin apa yang
ditampilkan oleh televisi itu bukanlah sebuah masalah besar, sebab mereka sudah
mampu memilih, memilah dan memahami apa yang ditayangkan di layar televisi.
Namun bagaimana dengan anak-anak Dengan segala kepolosan yang dimilikinya,
belum tentu mereka mampu menginterpretasikan apa yang mereka saksikan di layar
televisi dengan tepat dan benar.
Telah banyak diketahui bahwa anak-anak
lebih suka menonton kartun daripada membaca dongeng sebelum tidur, karena
televisi yang sifatnya praktis dengan adanya gambar dan suara. Terkadang anak
berfikir bahwa seluruh tayangan televisi adalah hiburan bagi mereka, tanpa
mereka tahu tayangan yang mereka tonton tersebut baik atau buruk. Tindak
kekerasan seperti dalam berita-berita di televisi pun tidak terlepas dari
informasi atau bahkan hiburan bagi mereka. Tidak hanya kekerasan di dalam
berita, adapun kekerasan yang disajikan baik secara sengaja maupun tidak
sengaja oleh pencipta film-film kartun.
Tayangan-tayangan infotainment membuat
anak lebih cepat mengenal selebriti-selebriti tanah air maupun mancanegara
daripada tokoh-tokoh pahlawan. Karena masih sangat minimnya tayangan yang
memperkenalkan para pahlawan kemerdekaan. Padahal untuk membuat anak-anak
mengerti tentang kisah pahlawan adalah cukup dengan menyajikannya dalam bentuk
kartun. Namun sayangnya, film-film kartun yang memasukkan unsur pahlawan
seperti Crayon Shincan justru lebih banyak memperlihatkan adegan-adegan
kekerasan seperti melempar kaca rumah tetangga dan menyiksa binatang daripada
adegan-adegan kepahlawanan seperti membantu teman, orangtua dan mengerjakan PR.
2.
Dampak Positif Televisi terhadap Anak
Televisi memiliki
dampak positif bagi anak dalam hal pendidikan, kebudayaan, dll, antara lain
sebagai berikut:
·
Televisi selalu menampilkan tayangan sesuai kebutuhan dan keinginan
sehingga anak gemar menonton hingga membuatnya lelah. Tampak sekali bahwa
tayangan televisi sangat mengandalkan penginderaan yang bisa mempengaruhi sikap
dan perbuatan anak.
·
Televisi dianggap sebagai sarana yang menarik dlaam membentuk perilaku.
·
Televisi berperan sebagai hiburan, peduli terhadap masalah kebudayaan
karena materi hiburan tidak lepas dari masalah kebudayaan.
·
Televisi mampu mentransfer
kebudayaan sampae kepada anak-anak yang tuli sekalipun.
·
Pelajaran-pelajaran dalam program televisi dapat dirasakan oleh
anak-anak, seakan-akan mereka berada di ruang kelas.
3.
Dampak Negatif Televisi terhadap Anak
·
Beberapa dampak negatif yang didapat dari menonton televisi
secara berlebihan, antara lain:
·
Perilaku
Antisosial: gejalanya adalah tidak menghargai orang lain dan meniru perilaku
buruk dari televisi.
·
Apatis
terhadap permainan: gejalanya adalah menjadi mudah bosan, selalu minta dihibur
oleh orang dewasa, dan tidak dapat bermain jauh dari televisi.
·
Dewasa
dini: gejalanya adalah mengetahui seks secara samar-samar tetapi masih memiliki
kebingungan tentang itu.
·
Kondisi
yang buruk: gejalanya adalah kecerobohan dan kurangnya koordinasi tubuh.
·
Ketidakseimbangan
energi: gejalanya adalah hiperaktivitas yang terjadi pada anak. (Orange
dan O’Flynn, 2005)
·
Dapat memalingkan perhatian belajar dan bermain
pada anak-anak.
·
Meningkatkan perilaku agresif secara verbal dan
fisik pada anak.
·
Menurunkan kemampuan pemecahan masalah dan
kreativitas anak.
·
Menimbulkan obesitas dan kadar kolesterol darah
yang tinggi pada anak.
4.
Peran Orangtua terhadap Anak dalam Menonton Televisi
Membiarkan anak-anak menonton TV tanpa
pengawasan dari orang tua, sama halnya dengan mengundang seorang asing ke dalam
rumah Anda selama beberapa jam setiap hari. Orang asing tersebut, memberitahukan
kepada anak-anak Anda tentang segala hal mengenai dunia yang jahat; tentang
bagaimana cara menyelesaikan masalah secara pintas, tentang pesta, seks dan
kecantikan serta kemewahan sebagai segala-galanya.
Masalah paling mendasar bukanlah
jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk menonton televisi, melainkan
program-program yang ia tonton dan bagaimana para orang tua serta guru
memanfaatkan program-program ini untuk sedapat mungkin membantu kegiatan
belajar mereka.
Kebanyakan keluarga akan mengalami
kesulitan ketika harus memilah dan memilih siaran TV yang cocok, khususnya bagi
keluarga yang memiliki anak-anak dan remaja. Memilih acara TV yang cocok, sama
halnya dengan memilih salad yang bercampur-aduk dari tumpukan sampah. Mungkin
ada sedikit salad yang enak di sana, tetapi cukup sulit memisahkan sampahnya,
kotorannya dan lalat-lalatnya.
D. PENUTUP
1.
Kesimpulan
Bagaimanapun juga kehadiran televisi
merupakan sebuah kebutuhan, tidak sekadar sebagai sarana untuk memudahkan kita
mengakses setiap informasi, tapi juga berperan sebagai sarana penghibur yang
mudah untuk kita dapatkan. Namun beberapa tayangan televisi tidak lepas dari
adegan-adegan kekerasan yang secara tidak langsung menjadi contoh buruk bagi
anak-anak. Oleh karena itu, pentingnya peran orang tua sebagai pengawas,
pembimbing, serta pendorong perkembangan anak dengan baik dalam setiap tayangan
yang ditonton oleh anak.
2.
Saran
Orangtua harus selalu mengawasi dan
menemani saat anak sedang menonton televisi, agar orangtua dapat dengan mudah membatasi
dengan memilihkan tayangan-tayangan yang baik. Selain itu, orangtua juga harus
pandai mengatur waktu anak untuk belajar, bermain dan menonton televisi.
Menonton televisi yang baik bagi anak adalah maksimal 2 jam dalam sehari.
DAFTAR PUSTAKA
Covey, Stephen R.. The 7 Habits of
Highly Effective People, terjemahan Budijanto (Jakarta: Binarupa Aksara,
1997).
Chen, Milton. Mendampingi Anak Menonton Televisi.
Gramedia Pustaka Utama.
Effendy, Onong
Uchjana. 2002. Dinamika Komunikasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hidayati, Arini.
1998. Televisi dan Perkembangan Sosial
Anak/ Arini Hidayati. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muhammad, Farmawi.
2001. Bagaimana Memanfaatkan Waktu Anak.
Jakarta: Gema Insani Press.
Orange, Teresa dan
Louse O’Flynn. 2007. The Media Diet for
Kids. Terjemahan Endah W. Soekarso. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Wong, Donna L. (et
al.). 2008. Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik Wong. Jakarta: EGC.
Comments
Post a Comment