UNTITLED POEM
Tangisan hujan meredam malam
Menghujam euforia masa lalu
Dengan syahdu mimpi menemani
Bersama raga seorang diri
Angin sepoi menghempas raga bak bermain
Hilir mudik mencari angan sepi
Hingga kembali sendiri
Tanpa jiwa di kanan kiri
Terhias malam oleh tarian bintang
Melengkapi alunan langkah hujan
Menuruni gurun pasir
Menghadang fatamorgana
Tertatap jelas ..
Masa lalu yang penuh keakraban
Tawa dan rasa yang menghiasi hari
Di tiap sudut hati ini
Namun kini ..
Hanya terbekas angan dalam memory
[2]
Dalam kesunyian liku kehidupan
Awan mendung menambah kegelisahan
Angin sepoi memberikan sentuhan
Membuatku terpaku, terpana ..
Ingin kuhembuskan kata euforia dalam hidupku
Namun kegundahan masih menyelimuti badan
Dan kini aku berselimut keraguan ..
Beralas ketakutan ..
Dan beratap kematian ..
Kapan kesucian ini mampu meredam amarah ?
Aku takut ..
Aku tak mampu jika elegi hidup ini harus ku arungi
Kapan ini
Sedang di ujung istana ..
Euforia kehidupan tak sanggup dibendung lagi
Dan ku di sini ..
Hanya berdiri menunggu mati
[3]
Entah lelah atau bosan
Namun ku tak sanggup tuk tetap bertahan
Di sini ..
Tak pernah ku fahami cahaya yang tersimpan dalam hati
Entah benci atau tak suka
Namun ku tak mampu tuk tetap berdiri
Di sini ..
Tak pernah ku mengerti sendu yang tercipta dalam kalbu
Entah tak tahu atau tak ingin tahu
Namun ku tak bisa tuk tetap melangkah maju
Di sini ..
Tak pernah ku berharap seluruh dunia tahu
Entah sedih atau gundah
Namun ku tak dapat tuk berubah
Di sini ..
Tak pernah ku ingin mereka di sisi
Entah tak berharap atau tak pernah berangan
Namun ku tak
Karena di sini ..
Kehancuran menyelimuti badan
Dan entah sampai kapan .. ?
Ku tak
Karena itu mustahil ..
[4]
Malam itu ..
Di saat ku coba tuk lupakan seseorang di hatiku
Justru kau hadir membawa jiwa, raga dan cintamu
Namun malam itu ..
Aku bukan untukmu
Malam-malam berlalu tanpa arti bagiku
Tak ada setitik pun bayang-bayang semu yang hadir temani mimpi
Bentangan langit pun terasa hampa
Entah mengapa di saat terakhir terhembus namamu dalam lukisan malam
Angin malam berlalu tanpa suara
Hening ..
Hanya namamu terdengar berbisik lembut
Adakah rinduku padamu ?
Namun bintang hanya berkedip pelan
Lalu hilang. Musnah ..
Malam ini hanya berujung penyesalan
Di saat esok embun
Masih belum ada kesadaranku
Namun ..
Masih adakah waktu untukku ?
Namun di sini ..
Di sudut kerinduan hati
Ku tak dapat bangkit
Sementara pagi hanya tinggal sepenggal detik
Dan kini
Malam kembali menyelimutiku
Pagi itu hanya tinggal kenangan dan goresan pedih di hati
Karena dewi fortuna tak ada di sampingku saat itu
Saat kau pergi menghilang dari pandangku
Selamat tinggal masa laluku ..
[5]
Apabila dapat kulukis awan dengan mendung
Agar kau tak mampu pergi dari sisiku
Di sini ku bahagia
Meski langit tak bahagia
Ku tak peduli pada seluruh alam
Karena hanya kamu yang ku pinta tuk tetap di sini
Dan
Agar yang tersisa di sini ..
Hanya kau dan aku
[6]
Di saat ku berlari mengejarmu
Kau justru hanya berjalan ..
Di saat ku berjalan meraihmu
Kau justru berhenti ..
Dan di saat ku berhenti di belakangmu
Kau hanya menoleh ..
Namun ..
Aku kembali berlari
Bukan tuk mendekatimu
Tetapi tuk menjauhimu
Karena saat kau tolehkan wajahmu padaku
Aku sadar ..
Bahwa ku tak sanggup menatapmu
Aku takut ..
Bila suatu saat nanti aku tak sanggup menatapmu lagi
[7]
Di saat pagi tiba .. ku teteskan air mata
Karena ku sadar bahwa ku sayangimu ..
Di saat siang menjelma .. kembali ku teteskan air mata
Karena ku tak ingin kau tinggalkanku ..
Di saat sore menjelang .. tetesan air mataku kembali kurelakan
Karena ku rindukanmu ..
Namun di saat malam menjemput .. tak sanggup ku teteskan air mata
Karena maut telah memihak padamu
Kau pergi tinggalkan aku dan seluruh rasa sesaatku untukmu
Comments
Post a Comment