Posts

Showing posts with the label puisi

LOMBA MENULIS PUISI "UCAP (Ungkapan Cinta Ala Penyair)

Image
Sungguh, sembilu terasa menyerang jemariku ketika kali pertama bertukar sapa denganmu. Kau tahu kenapa? Karena aku melihat Tuhan dalam dirimu; dari caramu menghargai keberadaanku dan kelembutanmu. Ialah membawa kehidupan.  Aku mencintaimu. Sungguh! benar-benar mencintaimu. Dan jika aku boleh memohon padamu, jua pada pereka cipta alam semesta, aku ingin kau pun mencintaiku. Dan cinta kita tetap hidup: hingga mentari tak lagi diterbitkan, hingga awan pagi tak lagi putih, hingga angin sore tak lagi mendamaikan, hingga rembulan tak lagi bersinar, hingga bintang malam tak lagi berkelap-kelip, dan hingga Tuhan menyatukan kita di kehidupan selanjutnya* ( Aku Melihat Tuhan Dalam Dirimu-Avet Batang Parana )  Terinspirasi dari cuplikan prosa liris di atas, kami—Penerbit Meta Kata bermaksud menyelenggarakan lomba menulis lagi—dengan ketentuan sebagai berikut:  Lomba terbuka untuk umum, mulai tanggal 14 April 2013 s.d 19 Mei 2013 (pukul 23:59 WIB).  Membagikan...

Tertahan Asa

Senja masih di ujung kota Memuramkan kasih mentari Saat gadis tudung merah berkaca Pada sisa-sisa tangis malam Melangkah berhembus angis Namun seolah tak bergerak Terasa bumi hanya setitik Disini dan tak ada lagi Tudung merah memantulkan remang Mencari seutas tali di balik jerami Mengait pada rembulan Tuk mempercepat pagi Kelam masih seperti biasa Tertunduk lesu Berharap peri musnahkan malam Bersama hias kesuramannya Bintang berdansa mencari asa Sang gadis membuang raga Tak perduli .. Karena ia tak pernah sempat bermimpi Langkah di penghujun hari Masih belum bergerak Terkurung dalam pikirnya Membutakan sendiri Gemerlap trotoar menghangatkan Membiarkan merah meleleh Tak hanya selimuti tudung Juga membanjiri titik Titiknya yang masih tak bergerak Kini berselimut merah Darah keputusasaan

permainan hati !

kau hadir di anganku lebih cepat dari ku hadir di anganmu tinta-tinta terukir sementara namun sangad bermakna hingga kau pergi dalam damai mu namun bukan damaiku karna kau pergi dalam seribu bahasa ! ketika ku sanggup buatmu hilang dalam anganku saat itu pula kau kembali torehkan janji entah palsu atau dari hati yang pasti .. kau bukan milikku lagi tapi detik-detik saat itu buatku benar-benar merindu pada masalalu tapi sekali lagi kau bukan milikku ! dan sejak saat kau memintaku tuk lupakanmu aku yakin ku tak sanggup namun kau buatku yakin hinggan kini .. segala angan-angan tentangmu mulai menghilang dan tak berharap angan itu datang kembali karna kau yang memintanya dan "jangan pernah kau sesali itu" ! ku harap itu permintaan terakhirmu yang kan ku penuhi hingga saatnya nanti "kau benar-benar pergi dari anganku . tanpa setitik pun tinta'' ku hanya penuhi mintamu dan bukan berarti aku sangat membencimu saat ini ! kini .. kau bukan miliknya lagi entah apa yan...

curcol #curhat colongan :)

pernah ku membencimu saat kau ukir sendiri luka dalam cintaku cintaku yang selalu lembut membelaimu cinta yang 'pernah' buatku sangat menyesal karna telah habiskan sisa umurku denganmu ! pernah kuingin hilangkan segala rasa ini berhenti bernafas dan melangkah semua karnamu karna bulan-bulanku yang sia-sia bersamamu karna kesempurnaanmu yang butakanku pernah kuingin membunuhmu namun itu dulu sesaat sebelum aku kembali mengerti dan memahamimu hingga akhirnya aku lebih berminat tuk membunuh keegoisanku yang tak memihakmu meski seseorang pun telah mengisi hidupku namun bukan hatiku sosoknya yang buatku sangat membencimu dan ingin membunuhmu dan kini aku membencinya karna kesadaranku dan hatiku yang lebih berat padamu entah apa yang akan ku lakukan kini tuk menebus segala kesalahpahamanku menebus kebencianku menebus rasa ingin membunuhmu tak kupungkiri saat hatiku memilihmu sejak dahulu 'hingga kini' ! ku tak ingin mengulangi lagi ku tak ingin membencimu lagi ku tak ing...

ternyata memang hanya kamu !

gelapku kini tak pernah segalau dulu aku biasa tapi pikiranku ? malam-malam seperti ini pun terasa sangat sunyi tanpa ada sosoknya dalam pelukku terkadang aku menyepi menahan rindu yang begitu menyakitkan ini ! kenapa rindu seakan menikam ? dan aku tak kuasa menghapus bila tak bertemu bila bertemu pun sulit lepas genggam namun bila tak bertemu dewa rindu kian mencekam rindu oh rindu . kenapa menyiksa sang peri cinta ? cinta oh cinta . kenapa aku tergila-gila ? gila oh gila . kenapa aku tersiksa ? siksa oh siksa . kenapa aku tak sanggup memeluknya di tiap sepenggal detikku ? detik oh detik . taukah kau ? aku ingin selalu bersamanya dalam penuh mimpiku mimpi oh mimpi . jangan pernah bangunkan aku ! aku oh aku . tak mampu pungkiri cintaku padamu ! kamu oh kamu . satu-satunya kekasih Tuhan . imam dalam surga duniaku !

bila tak ada wagtu lagi !

di saat waktu tak lagi tersisa ku hanya berdiri menanti hari menanti angin yang hembuskan luka dan hujan yang menitikkan dusta di saat waktu tak lagi tercipta ingin kuukir masa laluku yang suram dengan tinta merah darah dan kertas hitam lebam di saat waktu tak lagi ada kan ku hentikan jam yang berputar dan kan ku hambat takdir yang tertulis agar tak lagi menorehkan siksa di saat waktu tak lagi berjalan takkan ku biarkan dosa kembali menghadang dan kan ku bakar masa laluku dengan bara api cinta ..

pagi ini dalam hangat pelukmu !

pagi ini dingin mengerayap sepi tak ada seorang pun hanya ada aku dan mentari pagi ini saat segala makhlug acuhkanku kau pun tak pernah terusik masih saja temani duniaku pagi ini langkahku terhenti dan enggan menapak untug apa ? sedang kau pun masih disini enggan beranjak pagi ini ku kira tak sanggup lagi membuka mata tapi kau masih setia tanpa berniat tuk menghindari dan pagi ini sepoi membelai ingin ku terlelap lagi dalam pelukmu meski tak bangun lagi aku tak apa karna kuingin .. hidup matiku . segala nya suci dalam hangatmu !

masihkah rintihku adalah rintihmu ?

aku masi terpaku disini saat kegelapan kian menghampiri angin pun terhenti tanpa aura aku kesepian disini saat sosokmu perlahan pergi tiada permisi aku resah . ketika janji* mulai terdengar musnah aku galau . jika impian hanya sebatas kalau aku lelah . jika harus terus mengejarmu tanpa arah sadarkah saat aku mulai terpaku pada awan malam gelap yang seakan risau bulan pun enggan mendekat dan tetap terus bersinar dengan silau nya tak perduli ! aku terkatup air mata disini karna rindu yang tak terpenuhi sedangkan kau ? asik dengan dunia gemerlapmu sendiri tak sadarkah kau ? aku hendak mati beku disini ! tak sadarkah kau ? ajalku telah hinggap di depan mata ! kau bilang rintihku adalah rintihmu tapi sekarang aku merintih menerjang ajal disini tak ingatkah kau sedikit pun pd janji ? tinggal sejengkal hidup ini . nyawa ini masih kau tak menggubris rinduku ? kini saat semua tinggal kenangan kau terlihat membanjiriku dengan air mata air mata yang sangat terlambat namun tak ingin ku l...

Sanggupkah Aku ?

Tuhan . . Biarkan ku berada di sisinya Tuk sekedar pengobat lara Penghibur duka Tuhan . . Ijinkan ku tuk tetap di sisinya Hingga tak lagi sanggup ku miliki ia seutuhnya Hingga ia lelah tuk terus coba bangkitkanku Tuhan . . Saat ku berada di sisinya Tak ada gundah yang mengusik Namun . . Entah jika ia pergi Masih sanggupkah ku bangkut dari lelapku ? Masih sanggupkah ku sisihkan sebagian hatiku Untuk nyawa-nyawa yang kosong akan cintaMu ?

Pecundang Bangsa

Harus kemana ku mengadu nasib Jika tak ada yang bisa beriku bahagia Ku ingin hidup layak Tapi pada siapa ku harus bertumpu ? Rakyat ? Kami sama-sama hidup Dalam acuan sang penguasa Dan kami sama-sama sengsara Untuk apa para penguasa ditegakkan ? Jika hanya mampu menjelma menjadi beban Karena kamilah yang berkuasa Bukan mereka . . Koruptor Pecundang penghancur bangsa

Ku Terpaksa Tug CintaiMu

Tuhan tuk apa Kau ciptakan ragaku Yang tak pernah peduli adanya estetikaMu Hanya dicintai yang ku mau Tanpa berharap mencintai yang Kau mau Bila langit tak lagi terbentang Terlipat awan dan tak indah dipandang Sanggupkah ku mengharap kabul doa laluku ? Meski ku tak mengharap kehadiranMu di sisi Sempat ku terbalas karmaMu Kau sentuh orang yang ku rasa sempurna Dan Kau bawa mereka jauh Hingga kembali ku tak miliki segala yang kucintai Hanya harus mencintaiMu pasti

Tanpaku Tanpamu

Kala mentari kembali mengusik Bayangmu hadir Temui waktuku Yangsenyap tanpamu Kunanti kau terus berlari Pergi Menjauh Indahkan hari-harimu sendiri Tanpaku Meniti hari berlagu sendu Itu bagiku tanpamu Namun bagimu tanpaku Bagai kupu-kupu menari bersama awan Tak terhenti oleh hujan Dan tanpaku juga tanpamu Dunia kan tetap tegak adanya

Puisi [12]

Semua kan terus menjadi seperti ini Selama ku hanya terduduk dalam sudut kota yang kelam Menanti jawaban kisah cintaku kan datang dengan sendirinya Tanpa ku pinta ia tuk terus dan selalu ada di sisi Karena itu percuma jika ia tak pernah . . Mengharapkan adanya hati dan ragaku

KAULAH HATIKU

Cinta tak harus dirasakan Tapi cinta adalah kebersamaan Kita memang tak bersama Tapi tiap tetes darah ini Mengalir deras menyatukan kita Bersama selamanya Lihatkah kau mega di langit ? Berlafadzkan Allah Subhanallahu Allahuakbar Bersamanya ku ada Tapi, tahukah kau perak di hati ? Mengkilap indah tanpa henti Karena itulah dirimu Yang kan tetap begitu Bunda… Ingatkah kau hari ini ? Kau tampakkan wajahmu 43 tahun silang Dan manakala Allah… Manampakkan tanda kekuasaanNya

Perpisahan

Teman… Bagaikan guguran daun kemarau Suatu saat kan silih berganti Dengan titik air hujan Teman… Diriku pun begitu Saat ku bersamamu Kurasakan kebahagiaan tiada tara Tapi apakah kau tau teman ? Kita takkan lagi bersama Ku tinggalkanmu… Karena kau yang inginkan itu Mungkin perpisahanlah yang menghancurkan kita Tapi aku tau itu… Karena itulah memori kita Yang kan berakhir tuk selamanya

Harapan Sejati

Kau tau yang tak ku tau… Dan ku tau yang tak kau tau Tapi kenapa tak kau pahami Yang masih tersimpan dalam hati Maafkan teman… Jika kau kecewa Karena ku tak dapat… Tuk selalu mengerti perasaanmu Jiwaku bak melayang tinggi Saat kulihat yang terjadi Kau pergi… Tinggalkan semua memori hari Maafkan jika kuhindari Tapi tak maksud hati tuk membenci Ini semua kujalani… Dengan harapan sejati

Tetaplah Hidup

Terluka… Hatiku hancur… Saat ku dengar kau telah pergi Pergi jauh dan takkan kembali Semua terasa begitu gelap Tanpa cahaya menyelinap Menyesakkan dada… Perih… bahkan sangat perih Ku berdiri memandang langit luas Terlintas wajahnya ceria Tanpa sedikitpun rahasia tersimpan Rahasia terselip luka Tak terasa air mata telah menggenang Membasahi tanaman sekitar Pandangku tetap pada langit Tanpa hiraukan bumi Ku dengar bisikan awan “Dia takkan kembali” Aku tau … Tapi ku tak dapat lupakannya Kulihat wajah terakhirnya sekejap Bibir pucat pasinya… Tapi, bukanlah tawanya yang terdengar Melainkan bacaan suci Al Qur’an Angin dingin semakin kencang Membawa bintang pergi bersamanya Seperti ku yang ingin ikut bersamanya Ikut ke dunia barunya Tersirat kata bulan padaku Di sana, ada seseorang menatapmu Dengan senyum tulus terima kasih dan maafnya Dan dia berkata, “Tetaplah Hidup” Air mataku tak sanggup lagi menetes Itu karena wajah dan ucapannya Kusadari menggema di jiwa

Surga Dan Neraka

Wahai makhluk Allah… Sadarilah… Dunia tak serendah bayanganmu Dan bumi tak seindah khayalanmu Sang pecandu alam… Megahnya alam… Tak semegah surga Dan buruknya hidup… Yang terburuk hanyalah neraka Duhai manusia… Hidup itu hanya sekejap Jangan sia-siakan jiwa dengan dosa Dan jagalah jiwa dengan pahala Insan… Siapa sangka… Jika kaulah ahli surga Tapi siapa duga… Jikalau kau penghuni neraka Hai boneka nyawa Jika datang cobaan… Hadapilah… Jangan pernah kau hindari Dan berdo’alah… Yaa orang bumi… Kuyakin… Do’amu kan selalu ada Selama kau masih mengingatNya

puisi 3

Aku merpati putih Yang menemani angin pagi Awan pun mengikuti d kanan kiri Aku bersandar dalam awan Pandangi alam dan lautan Diriku mulai basah dalam hujan Tapi ku tetap terbaring lelah Kumenanti datangnya pelangi Sambil mencari gairah diri yang mulai pergi Tinggalkan harapan dan mimpi Malam mulai menjemput Tapi hujan tak kian surut Mata ini pun mulai sulit Sulit tuk menahan kelopak menutup Pulas ku dalam bunga tidur Hingga mata mulai melebar Hujan belum juga berhenti menetes Dalam dinginnya pagi ini Dan tuk segera datangkan pelangi

Rasakanlah Malam

Sebelum waktu berlari Inginku Ku buka mata ini Ku cari rasa hilang jati diri Parnah ku menyendiri Di sini... Di bawah redupnya pagi Awan ini terasa gelap mendung Rasakanlah malam Hingga pagi belum menjelang Hingga bintang rasuki jiwa Hati ku dan juga resahku Berikanlah rasa Sebelum di kutukan luka Ku ingin buang rasa sepi Walaupun sulit Rasakanlah malam Namun angin sepoi berbisik Terlelaplah... Dalam awan