Tugas UTS PENULISAN BERITA PENYIARAN
1.
Istilah media
massa sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Kata media massa berasal dari
medium dan massa, kata "medium" berasal dari bahasa latin yang
menunjukkan adanya berbagai sarana atau saluran yang diterapkan untuk
mengkomunikasikan ide, gambaran, perasaan dan yang pada pokoknya semua sarana
aktivitas mental manusia.
Menurut
Denis McQuail (1987), media massa memiliki beberapa peran, sebagai berikut :
1.
Industri
pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industry lain utamanya dalam periklanan/promosi.
2.
Sumber kekuatan
alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat.
3.
Lokasi (forum)
untuk menampilkan peristiwa masyarakat.
4.
Wahana
pengembangan kebudayaan –tatacara, mode, gaya hidup, dan norma.
5.
Sumber dominan
pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.
Pers
adalah wahana komunikasi massa yang menyelenggarakan kegiatan jurnalistik
(mencari, mengumpulkan, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi) melalui saluran-saluran media cetak, elektronik, dan lain-lain dalam
bentuk tulisan, gambar, dan suara.
Dalam
pers, kita mengenal beberapa teori yang mendasarinya. Diantaranya Social Responsibility Concept atau
Teori Pers Bertanggung Jawab Sosial. Teori ini bertujuan untuk mengatasi
kontradiksi antara kebebasan media dan tanggung jawab sosialnya. Terdapat enam
syarat yang harus dipenuhi oleh pers yang bertanggung jawab :
1. Media harus menyajikan berita yang
dapat dipercaya, lengkap, cerdas, dan akurat.
2. Media tidak boleh berbohong, harus
memisahkan antara fakta dan opini. Lebih dari itu media harus melaporkan
kebenaran.
3. Media harus jadi forum pertukaran
komentar dan kritik.
4. Media harus memproyeksikan gambaran
yang benar-benar mewakili kelompok konstituen masyarakat.
5. Media harus menyajikan tujuan dan
nilai mayarakat. Media adalah instrumen pendidikan. Media memikul tanggung
jawab untuk menjelaskan cita-cita yang diperjuangkan masyarakat.
6. Media harus menyediakan akses penuh
terhadap informasi yang tersembunyi. Media harus mendistribusikan informasi
secara luas.
Pers berdasar tanggung jawab sosial
tidak saja menjamin keterwakilan mayoritas rakyat, tetapi juga memberikan
jaminan atas hak golongan minoritas dan golongan oposisi. Teori pers
bentanggung jawab banyak digunakan di negara yang menganut sistem
ketetatanegaraan demokrasi. Di negara dimana rakyatnya mencapai tingkat
kecerdasan tinggi sehingga suara mereka dapat mempengaruhi pejabat yang
melayani mereka.
Namun, sekarang di Indonesia banyak
dijumpai media yang tidak dapat memenuhi keenam syarat Teori Pers Bertanggung
Jawab Sosial tersebut. Berita sekarang lebih banyak memberitakan tentang opini
pemilik media. Padahal salah satu dari syarat diatas adalah media harus bisa
memisahkan antara fakta dan opini. Ditambah lagi sekarang dari ratusan media
massa di Indonesia, hanya dikuasai oleh segelintir konglomerat yang menanamkan
modalnya di media massa tersebut. Media massa sekarang seolah dijadikan tempat
promosi gratis bagi si pemilik media. Pemilik media dapat bebas menyalurkan
aspirasinya melalui medianya sendiri. Selain itu kesejahteraan wartawan juga
menjadi masalah besar bagi media massa di Indonesia.
Sebagai seorang wartawan yang
bekerja di media massa seperti itu, memang sangat sulit untuk bisa menentang
keputusan dari pemilik media. Bagaimana pun juga, pemilik media tersebutlah
yang ‘menggaji’ para wartawan yang bekerja di medianya.
Dalam film Dibalik Frekuensi
dijelaskan mengenai perjuangan Luviana, seorang wartawan Metro TV yang di
non-jobkan karena menyuarakan pendapatnya.
Selama
8 bulan, ia menuntut perbaikan kesejahteraan karyawan, merencanakan pembentukan
serikat pekerja, menuntut sistem penilaian kerja yang objektif. Ia juga meminta
adanya perbaikan program siaran yang sensitif gender dan HAM.
Karena ketidak terimaan Luviana atas
pemecatan yang sewenang-wenang ini, akhirnya ia pun melakukan perlawanan dengan
membentuk sebuah aliansi yang dinamai Melawan Topeng Restorasi (Metro), tidak
hanya aliansi yang dibentuk oleh Luviana sendiri, orang-orang yang bersimpati
terhadap kasus ini pun akhirnya membentuk sebuah gerakan yang memiliki visi sama
dengan aliansi Metro yang dinamai Solidaritas Untuk Luviana (Sovi). Kedua
gerakan ini gencar melakukan perlawan keras terhadap manajemen Metro TV, baik
itu melakukan diskusi terbuka terkait kejelasan status Luviana maupun terkait
manajemen Metro TV yang dinilai telah mengangkangi konstitusi.
Selain menceritakan tentang
perjuangan Luviana yang menuntut haknya, film dokumenter Dibalik Frekuensi ini
juga bercerita tentang perjuangan salah seorang korban lumpur Lapindo yang
menuntut Aburizal Bakrie selaku pemilik Lapindo untuk bertanggung jawab. Haris
Siswandi bersama seorang temannya pergi ke Jakarta dengan berjalan kaki untuk
menemui Aburizal Bakrie. Seluruh warga Sidoarjo menaruh harapan besar pada
sosok Haris Siswandi ini.
Sepanjang perjalanan, banyak orang
yang bersimpati pada mereka. Tidak jarang, beberapa orang yang ia temui di
jalan pun turut membantu perjuangannya dengan memberi uang, air minum, dan
makanan. Sementara itu, Aburizal Bakrie terlihat tenang-tenang saja menghadapi
tuntutan dari Haris Siswandi. Ia berdalih bahwa Haris Siswandi bukanlah warga
korban lumpur Lapindo.
Setelah sampai di Jakarta,
kedatangannya banyak menarik perhatian media. Semua media berebut untuk
mendapatkan keterangan darinya mengenai perjuangannya ke Jakarta menemui
Aburizal Bakrie. Namun, tidak semua wartawan ia layani. Ia menolak kehadiran
wartawan dari TVONE yang merupakan salah satu statiun TV milik Aburizal Bakrie.
Namun, tanpa ada yang menyangka,
Haris Siswandi justru hadir di salah satu acara di TVONE sebagai tamu. Dalam
acara tersebut, ia meminta maaf atas nama pribadi karena sudah
menjelek-jelekkan TVONE dan Aburizal Bakrie. Dan sekarang, ia berbalik membela
Bakrie. Ia bahkan sampai meneteskan airmata dalam acara tersebut.
Ditemui di tempat berbeda, teman
seperjuangan Haris Siswandi mengaku tidak tahu kalau Haris akan hadir dalam
acara tersebut. Setelah melihat tayangan acara tersebut, teman Haris itu
menganggap bahwa Haris sudah mengkhianati kepercayaan seluruh warga Sidoarjo
yang menggantungkan nasibnya padanya. Setelah hadir dalam acara tersebut,
keberadaan Haris Suwandi tidak ketahui lagi hingga sekarang.
2.
Setelah
menonton film dokumenter Dibalik Frekuensi, saya merasa bahwa sangat sedikit
sekali pemberitaan yang layak dipercaya oleh masyarakat. Isi berita seakan
sudah diambil alih oleh pemilik media berdasarkan kepentingannya. Kreativitas
wartawan terkekang oleh keputusan sepihak pemegang modal. Wartawan tidak dapat
secara bebas memilih angle berita.
Selain itu,
sangat sulit bagi para jurnalis untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya. Upah
atau gaji yang diterima tidak sebanding dengan resiko pekerjaan yang harus
dihadapi. Apalagi sistem kerja wartawan adalah 24 jam.
Sekarang,
sangat sulit bagi wartawan atau jurnalis untuk dapat menjalankan profesi
jurnalisnya dengan ideal. Pemilik media pasti akan ikut campur dalam
pemberitaan dan pemilihan angle berita. Satu-satunya cara yang dapat dilakukan
untuk dapat menjalankan profesi jurnalis dengan ideal adalah dengan mencari media
massa yang masih pro pada masyarakat, bukan pro kepada pemilik media. Namun,
hal itu sangat sulit dilakukan.
3.
Jika menjadi Luviana, saya juga akan
melakukan hal yang sama, yaitu menuntut peningkatan kesejahteraan wartawan dan
menuntut perbaikan program siaran yang pro rakyat. Namun, sebaiknya kita tidak
bertindak sendiri dalam menuntut hak kita ini. Akan lebih baik jika kita
bersama-sama dengan wartawan lain untuk menutut hak bersama.
Menurut saya, Luviana terlalu berani
untuk berjalan sendiri menuntut haknya. Baru setelah ia di non-jobkan oleh
Metro TV, banyak teman-teman wartawan yang ikut prihatin dan membantunya. Akan
lebih baik jika sejak awal usahanya ini dilakukan bersama-sama dengan wartawan
lain. Dibuthkan kerjasama antara tiap wartawan dalam penuntutan hak.
TUGAS
PENULISAN
BERITA PENYIARAN
Tugas
Ujian Tengah Semester
DISUSUN
OLEH :
Nama :
Rakanita Oktaviani H.S
NIM :
14030111130033
S1
– ILMU KOMUNIKASI FISIP
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
Comments
Post a Comment