Resume FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
Betrand Russell
(1872-1970)
Filsafat adalah ranah tak bertuah (no man’s land) di antara teologi dan
ilmu pengetahuan :
-
Spekulasi
terhadap semesta yang tidak diakui oleh ilmu pengetahuan.
-
Ilmu
pengetahuan yang lebih mengutamakan rasionalitas daripada otoritas.
Filsafat merupakan disiplin tersendiri
yang terus-menerus mengasah pisau kritisnya, sehingga tidak terjebak pada
sebuah otoritas. Namun di Indonesia, pisau kritis mereka telah ditumpulkan oleh
kenyamanan dan rutinitas hidup modern. Terbukti dari banyaknya ahli filsafat
yang berubah menjadi profesional seperti dokter, pengacara, atau pemain tenis.
Empat Pendekatan
Filsafat
1. Pendekatan
Definisi
Ilmu pengetahuan
: hanya mengkaji gejala-gejala yang tampak dan berusaha menjelaskannya secara
kausalitas.
Teologi :
mengkaji semesta supra-inderawi dan semesta ketuhanan dalam batas keimanan.
Perbedaan filsafat
-
Objek
forma adalah sudut pandang yang digunakan untuk mengkaji filsafat.
-
Objek
materi adalah apa yang menjadi bahan kajian.
Filsafat : upaya
mencari atau memperoleh jawaban dari berbagai pertanyaan melalui penalaran
sistematis yang kritis, radikal, refleksi, dan integral.
-
Kritis
: tidak pernah berhenti pada penampakan, asumsi, dogmatisme, tapi terus
mengajukan pertanyaan-pertanyaan demi mencapai hakikat.
-
Radikal
: radix (akar) : mengkaji suatu objek
hingga ke akar-akarnya.
-
Refleksi
: mengendapkan apa yang ia tangkap (gejala-gejala) untuk diolah dan
menghasilkan pengetahuan yang jernih.
-
Integral
: tidak mengkaji semesta dari satu sisi saja, tapi secara menyeluruh.
Contoh :
Objek materi : Antropologi, sosiologi, dan psikologi
sama-sama mengkaji manusia.
Objek forma : antropologi mengkaji kebudayaan
manusia, sosiologi mengkaji proses-proses interaksi antarmanusia dalam
masyarakat, psikologi mengkaji segala sesuatu tentang kejiwaan manusia.
Tujuan filsafat : untuk mencari kebenaran yang
menyeluruh dan hakiki.
2.
Pendekatan Sistematis
3.
Pendekatan melalui tokoh dan aliran
Pendekatan ini diperuntukkan bagi mereka yang telah
menguasai sempurna terhadap pendekatan pertama dan kedua, seperti Immanuel Kant
(1724-1804). Sedangkan biasanya seorang filsuf hanya terfokus pada satu atau
dua pendekatan saja.
ABAD PERTENGAHAN
(300-1300 SM)
Bercorak teosentris (berpusat pada kebenaran wahyu
Tuhan). Para filsuf-kerohaniawan seperti Thomas Aquinas (1225-1274), dan St.
Bonaventura (1212-1274) adalah rohaniawan-rohaniawan yang hendak merekonsiliasi
akal dan wahyu. St. Augustinus (1354-1430) tidak percaya pada kekuatan akal
semata. Kebenaran yang utama adalah kebenaran teologis yang termaktub dalam
wahyu Tuhan. Manusia tidak mampu mencapai pengetahuan sejati tanpa iluminasi
kebenaran Ilahi.
FILSAFAT MODERN (ABAD
17-19)
Semangat untuk membebaskan manusia dari
keterbelengguan teologis muncul pada masa yang dikenal dengan Renaisans.
Istilah “Renaisans” berarti kelahiran kembali pemikiran filsafat yang otonom
dengan mempelajari kembali karya-karya klasik filsuf-filsuf Yunani Kuno, yang
selama ini “disembunyikan” dan dimonopoli kalangan elit gereja.
Sejarah mencatat bahwa perkembangan ilmu pengetahuan
di dunia Islam telah maju lebih dahulu sebelum dunia Barat memperoleh
pencerahan. Banyak karya-karya ilmiah yang berasal dari dunia Islam yang
kemudian dibawa ke Barat untuk dipelajari dan dikembangkan.
POSITIVISME (ABAD
KE-20)
Auguste Comte (1798-1857) adalah filsuf yang
memelopori kemunculan aliran filsafat ini. Comte jugalah yang menciptakan
istilah “sosiologi” sebagai disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat secara
ilmiah.
Kriteria-kriteria Positivisme :
a.
Objektif
: teori-teori tentang semesta harus bebas nilai, pengetahuan kita adalah
cerminan dari semesta.
b.
Fenomenalisme
: ilmu pengetahuan hanya bicara tentang semesta yang teramati.
c.
Reduksionisme
: semesta direduksi menjadi fakta-fakta keras yang dapat diamati.
d.
Naturalisme
: alam semesta adalah objek-objek yang bergerak secara mekanis seperti cara
kerja jam.
ALAM SIMBOLIS
Tahapan ini merupakan reaksi keras terhadap
positivisme. Karena metode positivisme mengasumsikan bahwa objek-objek alam
maupun manusia bergerak secara determinisik-mekanis. Manusia lebih dari sekedar
benda mati yang bergerak semata-mata berdasarkan stimulan dan respons,
rangsangan dan reaksi, sebab dan akibat (behaviourisme). Manusia, menurut
Ernest Cassirer adalah animal simbolicum,
yakni makhluk yang memiliki substratum simbolik dalam benaknya sehingga mampu
memberi jarak antara stimulan dan respons. Distansiasi (refleksi) tersebut
melahirkan apa yang disebut sistem-sistem simbolis seperti ilmu pengetahuan,
seni, dan bahasa.
POSMODERNISASI
Posmodernisasi sangat anti terhadap ide-ide seperti
kemajuan, emansipasi, sejarah linier dan sebagainya. Posmodernisasi merupakan
terminologi untuk mewakili suatu pergeseran wacana di berbagai bidang seperti
seni, arsitektur, sosiologi, sastra, dan filsafat yang bereaksi keras terhadap
wacana modernisasi yang terlampau mendewakan rasionalitas sehingga mengeringkan
kehidupan dari kekayaan dunia batin manusia.
EPISTEMOLOGI DAN FILSAFAT
ILMU PENGETAHUAN
Pengetahuan yang dikaji oleh epistemologi adalah
pengetahuan dalam arti seluas-luasnya, termasuk pengetahuan sehari-hari.
Sedangkan filsafat ilmu pengetahuan
berurusan dengan pengetahuan ilmiah atau sains, guna memebedakannya dari
pengetahuan sehari-hari.
Epistemologi merupakan dasar bagi filsafat ilmu
pengetahuan, khususnya dalam membagi pengetahuan menjadi pengetahuan ilmiah dan
pengetahuan sehari-hari, serta menentukan cara kerja yang tepat untuk
memperoleh pengetahuan ilmiah.
FILSAFAT, ILMU
PENGETAHUAN, DAN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
Filsafat : menggunakan penalaran yang kritis,
refleksif, dan integral. Ia tidak pernah berhenti pada penampakan saja,
melainkan secara kritis menembusnya demi mencapai hakikat yang paling dasar.
Kritis : dalam membongkar asumsi. Refleksif : dalam mengendapkan apa-apa yang
diserap indera untuk diolah oleh rasio, dan radikal : dalam mengupayakan
pemahaman mendasar sampai ke akar-akarnya.
Ilmu pengetahuan : hanya mencoba menerangkan
gejala-gejala secara ilmiah. Tujuannya hanya menjelaskan gejala-gejala secara
relasional.
|
|
|
![]() |
PENGETAHUAN ILMIAH DAN
PENGETAHUAN NON-ILMIAH
Ciri-ciri ilmu pengetahuan :
a.
Metodis
: ada langkah-langkah yang ketat dan sistematis.
b.
Tanpa
pamrih : melepaskan diri dari perandai- perandaian.
c.
Universalitas
: keberlakuan pada seluruh ruang dan waktu.
d.
Objektivitas
: dibimbing oleh objek peneliti dan tidak terdistorsi oleh prasangka-prasangka
subjektif.
e.
Intersubjektifitas
: kebenaran ilmu pengetahuan tidak bersifat pribadi, melainkan harus disepakati
oleh suatu komunitas ilmiah.
|
Pengetahuan Ilmiah
|
Pengetahuan Non
Ilmiah/Eksistensial
|
Tujuan
|
-
Deskripsi [menjelaskan gejala-gejala]
-
Eksplanasi [hubungan kausal]
-
Prediksi [lewat data-data objektif dapat dilakukan
prediksi terhadap gejala-gejala yang muncul]
|
Bertahan hidup dalam kehidupan sehari-hari [pragmatis]
|
Cara pemerolehannya
|
-
Metodis
-
Melalui jalan tertentu dan setelah sampai pada pernyataan,
maka pernyataan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan
[verifikasi/falsifikasi]
-
Sistematis [mengikuti urutan-urutan yang ketat]
-
Objektif [bebas nilai]
|
-
Warisan budaya
-
Tradisi
-
Metode tidak menjadi masalah
-
Pernyataan ambigu, kabur, tidak objektif.
|
ILMU PENGETAHUAN
SEBAGAI PROSES
Tahap Proses Ilmu Pengetahuan :
1.
Pengetahuan
kita harus bertolak dari pengalaman sehari-hari yang cukup
luas dan cenderung variatif.
2.
Semua
yang kita peroleh melalui pengalaman sehari-hari harus mengalami paling tidak 2
jenis pemurnian.
Bahasa sehari-hari : ‘air’, ‘panas’, dan
‘cahaya’ menjadi konsep ilmiah seperti ‘H2O’, ‘100oC’, dan
‘gelombang elektromagnetik’.
3.
Mencari
keteraturan dalam gejala-gejala dengan membentuk proposisi kondisional p à q untuk
mendeskripsikan relasi kausalitas antara gejala-gejala melalui metode induksi.
4.
Apabila
suatu proposisi memperoleh pembenaran ilmiah melalui verifikasi ketat, maka
kita dapat memperoleh hukum-hukum yang menunjukkan
keteraturan gejala-gejala.
5.
Pembentukan
teori,
yakni seperangkat eksplanasi yang mencoba menggambarkan bulat-lonjongnya dunia.
Comments
Post a Comment