Resume Kebenaran Ilmiah
Bab IV
Kebenaran Ilmiah
1. Macam-Macam
Teori Kebenaran
a.
Teori
kebenaran sebagai persesuaian (the
correspondence theory of thruth)
Persesuaian antara apa yang dikatakan
dengan kenyataan. Jadi, suatu pernyataan dianggap benar kalau apa yang
dinyatakan berhubungan atau punya keterkaitan (correspondence) dengan kenyataan yang diungkapkan dalam kenyataan
itu.
Contoh :
-
‘Bumi
Ini Bulat’ adalah pernyataan yang benar karena didukung atau sesuai dengan
kenyataan
-
‘Kerusuhan-kerusuhan
akhir-akhir ini didalangi oleh pihak ketiga. Ini benar kalau kenyataannya
memang ada pihak ketiga yang mendalangi kerusuhan itu.
Bagi teori ini, mengungkapkan realitas
adalah hal yang pokok bagi kegiatan ilmiah.
Hal penting :
-
Teori
ini sangat ditekankan oleh aliran empirisisme yang mengutamakan pengalaman dan
pengamatan indrawi sebagai sumber utama pengetahuan manusia.
-
Teori
ini juga cenderung menegaskan dualitas antara subjek dan objek, antara si
pengenal dan yang dikenal.
-
Teori
ini sangat menekankan bukti (evidence)
bagi kebenaran suatu pengetahuan.
b.
Teori
kebenaran sebagai keteguhan (the
coherence theory of thruth)
Dianut oleh kaum rasionalis, seperti
Leibniz, Spinoza, Descartes, Hegel, dll.
Suatu pengetahuan, teori, pernyataan,
proposisi, atau hipotesis dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan,
teori, pernyataan, proposisi, atau hipotesis lainnya, yaitu kalau proposisi itu
meneguhkan dan konsisten dengan proposisi sebelumnya yang dianggap benar.
Contoh :
(1) semua manusia pasti mati. (2)
Sokrates adalah manusia. (3) Sokrates pasti mati.
Kesimpulan :
-
Teori
kebenaran sebagai keteguhan lebih menekankan kebenaran rasional-logis dan cara
kerja deduktif.
-
Teori
kebenaran sebagai keteguhan lebih menekankan kebenaran dan pengetahuan apriori.
Kebenaran
empiris
|
Kebenaran logis
|
Mementingkan objek
|
Mementingkan subjek
|
Menghargai cara kerja induktif
dan aposteriori
|
Menghargai cara kerja deduktif
dan apriori
|
Lebih mengutamakan pengamatan
indra
|
Lebih mengutamakan penalaran akal
budi
|
Contoh :
1.
Air
lebih berat daripada batu, maka batu tenggelam dalam air
2.
Air
lebih ringan daripada batu, maka batu tenggelam dalam air
3.
Air
lebih ringan daripada batu, maka batu mengambang dalam air
4.
Air
lebih berat daripada batu, maka batu mengambang dalam air
Kesimpulan :
1.
Mengandung
kebenaran empiris, tapi tidak mengandung kebenaran logis.
2.
Mengandung
kebenaran logis dan kebenaran empiris.
3.
Tidak
mengandung kebenaran logis maupun empiris.
4.
Mengandung
kebenaran logis, tapi tidak mengandung kebenaran empiris.
Jadi, suatu proposisi atau kesimpulan
bisa saja benar dari segi logis tapi tidak benar dari segi empiris. Keduanya
tidak saling tergantung.
c.
Teori
pragmatis tentang kebenaran (the
pragmatic theory of thruth)
Dikembangkan oleh filsuf pragmatis dari
Amerika, seperti Charles S. Peirce dan William James.
Ide yang benar adalah ide yang paling
mampu memungkinkan seseorang – berdasarkan ide itu – melakukan sesuatu secara
paling berhasil dan tepat guna.
Contoh :
Ide bahwa kemacetan di jalan-jalan besar
di Jakarta disebabkan terlalu banyak kendaraan pribadi yang ditumpangi satu
orang. Maka, konsep solusinya, “wajibkan kendaraan pribadi ditumpangi minimal 3
penumpang”. Ide tadi benar kalau berguna dan berhasil memecahkan persoalan
kemacetan.
Kebenaran pragmatis mencakup kebenaran
empiris (kesesuaian dengan kenyataan).
William James : kebenaran merupakan
sebuah nilai moral karena dengan kebenaran manusia sampai pada sesuatu secara
berhasil.
d.
Teori
kebenaran performatif (the performative
theory of thruth)
Dianut oleh filsuf seperti Frank Ramsey,
John Austin, dan Peter Strawson. Filsuf-fulsuf ini ingin menentang teori klasik
bahwa “benar” dan “salah” adalah ungkapan yang hanya menyatakan sesuatu
(deskriptif).
Suatu pernyataan dianggap benar kalau
pernyataan itu menciptakan realitas. Jadi, pernyataan yang benar bukanlah
pernyataan yang mengungkapkan realitas tapi justru dengan pernyataan itu
tercipta atau realitas.
Contoh :
“Dengan ini, saya mengangkat kamu
menjadi bupati Bantul.” Dengan pernyataan ini tercipta sebuah realitas baru,
realitas kamu menjadi bupati.
“Saya berdoa agar kamu berhasil”. Salah,
karena seolah-olah dengan pernyataan itu ia berdoa, padahal tidak. Apa yang
dinyatakan belum dengan sendirinya menjadi realitas.
2. Sifat
Dasar Kebenaran Ilmiah
a.
Struktur
kebenaran rasional-logis : kebenaran ilmiah selalu dicapai berdasarkan
kesimpulan yang logis dan rasional dari proposisi atau premis-premis tertentu.
b.
Sifat
empiris : dalam kebenaran ilmiah ingin mengatakan bahwa bagaimana pun juga
kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada.
c.
Dapat
diterapkan (pragmatis : ingin menggabungkan kedua sifat kebenaran di atas.
Kalau sebuah pernyataan dianggap benar secara logis dan empiris, pernyataan
tersebut juga harus berguna dalam kehidupan manusia, yaitu berguna untuk
membantu manusia memecahkan berbagai persoalan dalam hidup manusia.
Comments
Post a Comment