Resume Rasionalisme dan Empirisisme (Sumber Pengetahuan)
Bab
III
Sumber Pengetahuan : Rasionalisme dan
Empirisisme
1.
Rasionalisme
Hanya dengan
menggunakan prosedur tertentu dari akal saja kita bisa sampai pengetahuan yang
sebenarnya (tidak mungkin salah). Sumber pengetahuan adalah akal budi manusia,
bukan panca indra.
a. Plato (pemikir
rasionalis pertama)
Satu-satunya
pengetahuan sejati adalah apa yang disebutnya sebagai episteme, yaitu
pengetahuan tunggal dan tak berubah, sesuai dengan ide-ide abadi. Pengetahuan bagi
Plato, adalah hasil ingatan yang melekat pada manusia. Pengetahuan adalah
pengenalan kembali akan hal yang sudah diketahui dalam Ide Abadi / kumpulan
ingatan yang terpendam dalam benak manusia.
b. Rene Descartes
Meragukan
untuk sementara waktu apa saja yang tidak bisa dilihat dengan terang akal budi
sebagai yang pasti benar dan tidak diragukan lagi (keraguan metodis) sebagai
alat menyingkirkan prasangka, tebakan, dan dugaan yang menipu. Hanya akal budi
yang dapat membuktikan bahwa ada dasar bagi pengetahuan manusia, ada dasar
untuk merasa pasti dan yakin akan apa yang diketahui.
c. Beberapa hal penting
-
Kaum rasionalis lebih
mengandalkan geometri / ilmu ukur dan matematika model bagi pengetahuan), yang
memiliki aksioma umum lepas dari pengamatan atau pengalaman panca indra kita.
-
Konsekuensinya, kaum
rasionalis meremehkan peran pengalaman dan pengamatan panca indra bagi
pengetahuan.
2.
Empirisisme
Paham filosofis yang
mengatakan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah pengalaman dan pengamatan
panca indra tersebut yang memberi data dan fakta untuk mencapai pada
pengetahuan yang benar. Semua pengetahuan manusia bersifat empiris, yaitu
pengetahuan yang benar dan sejati.
Pokok pikiran :
a. John Locke
Semua
konsep atau ide yang mengungkapkan pengetahuan manusia, sesungguhnya berasal
dari pengalaman manusia. Locke membagi ide menjadi dua, ide-ide sederhana dan ide-ide
kompleks. Ide-ide sederhana adalah ide yang muncul dan disebabkan oleh
benda-benda yang kita tangkap dengan panca indra. Sedangkan ide-ide kompleks
adalah hasil dari refleksi olah pikir akal budi. Jadi, tidak diberikan langsung
oleh objek itu.
b. David Hume
Dalam
bukunya An Enquiry Concerning Human
Understanding (1748), menganut paham empirisisme bahwa semua materi
pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi kita.
Prinsip
: Prinsip kemiripan, prinsip kontinuitas dalam tempat dan waktu, dan prinsip
sebab akibat.
c. Beberapa hal penting
-
Kaum empirisis mengakui
bahwa persepsi atau proses pengindraan sampai tingkat tertentu tidak dapat
diragukan (indubitable).
-
Dari empirisisme Hume
terlihat jelas bahwa empirisisme hanyalah sebuah tesis tentang pengetahuan empiris,
yaitu pengetahuan tentang dunia yang berkaitan dengan pengalaman manusia.
-
Karena lebih menekankan
pengalaman sebagai sumber pengetahuan manusia, kaum empirisis menjadi lebih
menekankan metode pengetahuan induktif, yaitu cara kerja ilmu-ilmu empiris yang
mendasarkan diri pada pengamatan, pada eksperimen untuk bisa sampai pada
pengetahuan yang umum tak terbantahkan.
-
Kepastian mengenai
pengetahuan empiris harus dicek berdasarkan pengamatan, data, pengalaman, dan
bukan berdasarkan akal budi.
3.
Sebuah
sintesis
a. Beberapa unsur sintesis
-
Kedua aliran terlalu
bersifat ekstrem.
-
Sama-sama benar, kaum
rasionalis benar ketika mengatakan pengetahuan manusia bersumber dari dari akal
budi manusia. Kaum empiris juga benar bahwa pengetahuan manusia bersumber dari
pengalaman.
-
Sama-sama salah, karena
terlalu ekstrem menganggap pengetahuan hanya bersumber dari salah satu saja,
akal budi atau pengalaman indrawi manusia.
-
Kaum rasionalis
beranggapan bahwa pengalaman dapat menipu manusia, sedangkan kaum empirisis
memberi tempat yang cukup penting bagi akal budi manusia, namun bukan
satu-satunya sumber pengetahuan
-
Dengan tegas
Aristoteles mengungkapkan sebuah prinsip yang dianggap sebagai dasar paham
empirisisme bahwa ‘Tidak ada sesuatu pun dalam akal budi yang tidak ada
terlebih dahulu dalam indra.’ Aristoteles seakan mendamaikan pandangan
rasionalisme dan empirisisme.
b. Immanuel Kant
-
Adalah filsuf yang
paling berjasa mendamaikan kedua aliran pemikiran ini. Baik panca indra dan
proses pengindraan maupun akal budi dan proses penalaran sama-sama ikut
berperan bagi lahirnya pengetahuan.
-
Dua unsur yang ikut
melahirkan pengetahuan manusia :
o Kondisi
eksternal (objek material) menyangkut benda-benda yang tidak bisa diketahui
sebelum kita menangkapnya dengan panca indra.
o Kondisi
internal (objek formal) yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Menyangkut
kategori ruang dan waktu, sebab akibat.
-
Revolusi ala Kopernikus
: akal budi menangkap benda tertentu sesuai dengan bentuk benda itu, tetapi di
pihak lain benda itu sendiri menyesuaikan diri dengan bentuk-bentuk yang telah
ada dalam akal budi manusia.
-
Kesimpulan :
o Manusia
sesungguhnya sudah punya bakat untuk mengetahui sesuatu.
o Kant
juga mendamaikan metode induksi milik kaum empirisis dengan metode deduksi
milik kaum rasionalis.
-
Jadi, bagaimana pun
juga pengalaman ikut memainkan peranan penting bagi pengertian dan pengetahuan
tentang sesuatu tanpa menyangkal pentingnya akal budi dalam mengolah pengalaman
itu agar menjadi pengetahuan.
4.
Pengetahuan
Apriori dan Pengetahuan Aposteriori
a. Apriori
Secara harfiah berarti ‘dari yang lebih
dulu atau sebelum.’ Mengetahuinya dengan mengenakan sebab pada realitas itu.
Proposisi apriori adalah proposisi yang
kebenarannya bisa diketahui lepas dari pengalaman.
b. Aposteriori
‘dari apa yang sesudahnya.’
Mengetahuinya berdasarkan apa yang ditemukan secara aktual di dunia ini, yaitu
melalui panca indra, dari pengaruh yang ditimbulkan realitas itu dalam
pengalaman kita.
Proposisi aposteriori adalah proposisi
yang kebenarannya hanya bisa diketahui dengan merujuk pada pengalaman tertentu.
Comments
Post a Comment